Posted by : Unknown
Friday, December 11, 2015
Domino QQ - Cerita Sex: Cewek Aneh dan Misterius - Cerita Dewasa Panas ini dimulai pada bulan April 2000, aku sedang bertugas di kota Malang untuk menyelesaikan auditing sebuah perusahaan di sana. Aku menginap di sebuah hotel di jantung kota bersama 2 rekanku, Andr2 hari di kota itu, pekerjaan kami sudah selesai, waktu masih sehari lagi. Maka kami sepakat untuk menghabiskan waktu di kota dingin itu. Seperti layaknya anak muda lain, waktu malam yang sepi dan dingin kami berminat membooking cewek-cewek nakal Malang yang amat terkenal.
Domino QQ - Domino QQ - Cerita Sex: Cewek Aneh dan Misterius - - Cerita Dewasa Panas ini dimulai pada bulan April 2000, aku sedang bertugas di kota Malang untuk menyelesaikan auditing sebuah perusahaan di sana. Aku menginap di sebuah hotel di jantung kota bersama 2 rekanku, Andr2 hari di kota itu, pekerjaan kami sudah selesai, waktu masih sehari lagi. Maka kami sepakat untuk menghabiskan waktu di kota dingin itu. Seperti layaknya anak muda lain, waktu malam yang sepi dan dingin kami berminat membooking cewek-cewek nakal Malang yang amat terkenal.
Cerita Hot | Namun malam itu aku tak ada niat untuk berfoya-foya, sebab hatiku sedang gundah memikirkan nasib dan masa depanku. 3 kali pacaran gagal terus dan semuanya gara-gara cewekku selingkuh dengan cowok lain. Karena di Malang banyak tempat untuk tirakat, maka aku ingin memanfaatkan malam terakhir di kota itu untuk nyepi dan bersemedi. Keinginan itu kuutarakan kepada teman-temanku. Semula mereka memang tidak setuju, sebab mereka ingin bersenang-senang.
“Ya kalian bersenang-senanglah,” kataku sambil tertawa.
“Biar aku yang memanfaatkan malam terakhir ini untuk menyatukan jiwaku dengan alam.” kataku lagi.
Domino QQ - Cerita Sex: Cewek Aneh dan Misterius
Kini gantian mereka yang tertawa, menertawakan kebodohanku.
“Kamu mau nyepi dimana Son?” tanya Andrey.
“Besok kita kembali ke Surabaya jam 6 pagi lho!” timpal Erik.
“Tak masalah, aku akan ada di sini jam 5 pagi, OK,” jawabku sambil mengenakan jaket kulitku. Terus aku pergi sambil tertawa.
Dengan menggunakan jasa angkutan umum aku mencapai wilayah Kecamatan Singosari hanya dalam waktu 30 menit. Sebelum melintas rel kereta api sebagai tanda memasuki kota kecil itu, aku pun turun persis di depan pos polantas. Dari situ aku berjalan sedikit dan kemudian membelok mengikuti arah rel kereta api. Tak lama kemudian sampailah aku di sebuah pemandian alam di Desa Watugede. Konon, kolam itu dulu merupakan tempat mandi Ken Dedes, janda kembang Akuwu Tunggul Ametung yang kemudian dinikahi oleh Ken Arok.
Aku langsung mendatangi pemandian itu dan minta ijin kepada juru kunci untuk bisa semedi di tepi pemandian barang semalam. Pada awalnya si juru kunci keberatan, namun setelah kukeluarkan selembar uang 20-ribuan, dengan wajah berseri-seri aku diijinkan masuk.
Pemandian itu tidak terlalu lebar bahkan terkesan sempit, tetapi airnya sangat jernih dan dingin seperti es. Tepinya terbuat dari batu kuno yang ditata rapi. Ada beberapa patung Kala yang mengeluarkan air dari mulutnya. Juga terdapat beberapa peninggalan lama seperti lingga dan yoni, namun kondisinya sudah rusak. Di sekeliling pemandian terdapat pepohonan rindang dan semak yang menambah kesan angker.
Malam yang gelap dan hanya diterangi lampu 25 watt yang bergantung di sisi rumah si juru kunci. Aku pun mengambil tempat di ujung selatan pemandian dan duduk bersila di sana. Si juru kunci meminjamkan selembar tikar plastik untuk duduk. Ketika dia menawarkan kopi dan makanan kecil terpaksa kutolak. Mana ada orang nyepi sambil minum kopi panas dan makan pisang goreng apalagi kalau ditambah nonton film BF he..he..he..
Suasana amat sepi dan sunyi. Semakin malam terasa semakin sepi. Hanya sekali-sekali terdengar deru kereta api lewat, itu pun hanya dua kali. Deru mobil di jalan raya tak terdengar lagi dari pemandian itu, meski jaraknya tak begitu jauh. Kulihat beberapa kali juru kunci keluar rumah dan melongok ke tempatku semedi, sesudah itu ia masuk lagi. Lepas tengah malam, suasana semakin sepi dan juru kunci tidak keluar lagi.
Udara terasa semakin dingin menggigit tulang, aku pun mulai berhening diri, mencoba menyatukan jiwa, raga dan nuraniku dalam satu genggaman batin. Doa-doa mulai kubaca dan perlahan-lahan menutup sembilan lubang pada diri manusia.
Biasanya, dalam melakukan semedi begitu, konsentrasiku bisa penuh dan bertahan sampai pagi hari. Namun kali ini konsentrasiku tidak bisa total. Seolah-olah ada suara-suara yang selalu menggangguku, ada perasaan-perasaan yang tidak konstan dan akhirnya aku merasa gagal.
Ketika jam menunjukkan pukul 02:30 WIB, kusudahi semediku dan kuanggap gagal. Entah kenapa jiwaku begitu labil dan konsentrasiku terpecah. Aku pun bangkit dan menunggalkan tempat itu tanpa pamit kepada juru kunci yang mungkin saat itu sedang ngorok di samping istrinya.
Karena perut terasa lapar, aku pun berjalan ke pasar Singosari yang jaraknya hanya sekitar 300 meter. Suasana masih sepi tetapi sudah ada beberapa pick-up pedagang sayuran yang datang dan bernegosiasi dengan para pedagang setempat. Ada beberapa warung yang masih atau baru aja dibuka. Maka aku pun memasuki sebuah tenda berwarna biru yang menjual kopi “R&B” dan nasi soto “Balapan”.
Ada beberapa orang nongkrong di warung itu sambil bercanda membicarakan politik negara, presiden yang lucu, menteri yang sering diganti sampai DPR dan MPR yang mereka nilai ceroboh dan bertindak di luar konstitusi.
Saat aku hampir selesai menikmati soto ayam kesukaanku, tiba-tiba seorang wanita cantik masuk dan duduk di seberangku. Busananya sangat sederhana, blus biru dengan bawahan rok semi mini juga berwarna biru. Baik di leher maupun pergelangan tangannya tak ada asesoris. Ia hanya membawa sebuah tas tangan kecil warna biru.
Ia memesan segelas teh manis dan soto. Sementara menunggu pesanan ia cuma menunduk saja. Namun ketika menerima teh manis dari pemilik warung dengan tak sengaja matanya memandang ke arahku. Aku kaget sebab sejak tadi aku mencuri pandang ke arahnya dan tiba-tiba ia memandangku. Tentu saja aku jadi malu. Pandangan itu begitu tajam dan langsung memasuki relung jantungku. Mata itu sungguh indah.
Satu persatu orang meninggalkan warung dan tinggal kami berdua. Meski mangkok sotoku sudah kering dan kopiku yang sudah habis, aku masih menyempatkan diri duduk manis disitu sambil sesekali mataku melirik ke arah cewek cantik itu. Sesekali mata kami bertatapan dan ia menunduk.
Karena tak betah, sifat usilku muncul. Aku pun pindah duduk di dekatnya dan langsung kusapa.
“Koq pagi-pagi begini sudah bangun, mau belanja ya?” sapaku nakal.
Wanita itu memandangku tersenyum dan mengangguk tanpa menjawab. Aku semakin penasaran.
“Nama saya Sony,” kataku memperkenalkan diri. “Mbak siapa?”
“Lasmini, Mas..” jawabnya perlahan. Suaranya merdu sekali di telingaku.
“Asalnya dari mana Mbak?” tanyaku lagi.
“Dari sini saja Mas..” jawabnya perlahan.
“Mbak mau kemana pagi-pagi begini?”
“Mau pulang Mas..”
“Lho, pagi-pagi darimana?” tanyaku.
Dia diam dan cuma tersenyum lalu menunduk. Dibukanya tas tangannya dan berniat mengambil uang untuk membayar soto dan teh manis yang dipesannya. Cepat-cepat aku merogoh saku dan mengeluarkan selembar 20 ribuan dan kuberikan kepada pemilik warung.
“Semua Pak.. sama punya Mbak ini!” kataku.
“Ah jangan Mas.. banyak lho!” katanya malu-malu, tetapi tangannya berhenti dan tidak jadi mengeluarkan uang dari dalam tas miliknya.
“Tidak apa Mbak, kita kan udah kenal berarti Mbak sudah menjadi teman Sony,” kataku menggoda.
“Mbak rumahnya dimana?”
“Di desa sebelah sana, Mas..” katanya sambil menunjuk arah seberang rel.
“Dekat Pemandian Watugede, pemandiannya Kanjeng Ratu Pradnyaparamita.”
“Siapa dia Mbak?” tanyaku pura-pura nggak tahu.
“Dia adalah Ken Dedes dan nama tadi itu nama kebesarannya,” katanya menjelaskan.
“Mbak koq tahu banyak tentang dia, bagaimana bisa?” tanyaku penasaran.
Dia diam dan cuma tersenyum lalu menunduk.
“Mari Sony antar Mbak pulang,” kataku.
“Boleh saja.. kalau Mas Sony mau,” jawabnya sambil tersenyum.
Dan kami pun meninggalkan warung kembali ke arah darimana tadi aku datang. Namun dalam perjalanan timbul keinginan nakalku untuk membawa gadis cantik itu pulang ke hotel. Waktu masih menunjukkan pukul 03:00 WIB. Masih banyak waktu untuk bersuka ria. Siapa tahu dia mau! Ya nggak pembaca.
“Mbak mau kalau Sony ajak jalan-jalan dulu?” aku mulai memancing.
“Kemana Mas, pagi-pagi begini?” jawabnya malu-malu.
“Ke Malang..”
“Ke Malang, mau apa?”
“Sony kan nginap dan tidur di hotel. Bagaimana kalau Mbak menemani Sony di sana?”
Dia diam dan cuma tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.
Tak disangka dan tak dinyana, ternyata Lasmini mau kuajak dia ke hotel. Wah, ini jelas dia bukan cewek baik-baik. Tetapi tak apalah, cewek baik mana mungkin bisa kudapatkan di warung soto di pagi buta begini?
Maka, dengan mencarter angkota kubawa cewek cantik itu ke hotel. Melewati meja resepsionis aku cuma mengangguk dan kedua penjaga itu tersenyum. Mereka pasti maklum sebab mereka juga masih muda dan terbiasa melihat hal semacam itu.
Mungkin mendengar aku datang dan membuka pintu, Andrey dan Erik yang kamarnya berseberangan dengan kamarku membuka pintu dan melongok keluar. Tapi aku tidak peduli. Aku cepat-cepat mengangkat tubuhnya dan kugendong masuk ke kamar. Mbak Lasmini yang terkejut namun dengan sigap merangkul leherku. Lalu, kujatuhkan ia ke ranjang dan aku berlutut mengangkangi tubuhnya, melepaskan semua kancing kemejanya. Kulepas bajunya dan kuloloskan tali BH-nya dari kedua lengannya, lalu kutarik BH-nya hingga terlepas dari buah dadanya yang besar merangsang itu.
Sementara itu, Mbak Lasmini sendiri menyibukkan diri melepas sabuk dan kancing celanaku dan menarik reitsleting celanaku hingga celanaku merosot ke pahaku. Celana dalamku tampak menonjol dengan penis yang telah membesar dan mengeras. Aku berdiri melepas celana dan kemejaku sementara Mbak Lasmini melepas kait BH-nya dan melempar BH-nya ke lantai.
Aku berdiri telanjang mengangkangi tubuhnya yang tergeletak hanya memakai rok. Kupandangi seluruh tubuh Mbak Lasmini yang menggairahkan itu, berakhir di matanya yang menatap penisku yang mengacung ke atas itu dengan pandangan penuh birahi. Aku tahu apa yang ia inginkan, maka aku pun berlutut mengangkangi dadanya dan ia menaikkan kepalanya menyambut penisku dengan mulutnya.
“Ngghh.. nngghh.. Hhh.. Ooohh.. Mbak.. Mini.. sayaanghh.. ohh..” Aku mengerang menikmati hisapan Mbak Lasmini yang maut pada penisku.
Di dalam mulutnya ia memainkan penisku dengan lidahnya membuat bola mataku berputar ke belakang penuh kenikmatan. Perlahan-lahan kumaju-mundurkan pantatku sehingga penisku keluar-masuk mulutnya sementara jempol dan telunjuk Mbak Lasmini melingkari pangkal penisku, memberi pijatan dan gesekan nikmat pada batang penisku.
“Oh..Mbak, Sony nggak tahan..”
Mbak Lasmini seperti tak peduli pada pekikanku yang memberi tanda-tanda nyata bahwa aku hampir mencapai orgasme, ia terus memainkan lidahnya menyambut penisku yang semakin cepat “mengentot” mulutnya. Bahkan kedua jarinya ikut semakin cepat mereMas dan mengocok batang penisku. “Mbaakk.. aahh..” kenikmatan meledak dalam tubuhku dan aku pun memuncratkan maniku dalam mulut Mbak Lasmini yang tanpa ampun menghisap penisku dengan bernafsu.
Lututku terasa lemas dan aku pun jatuh terlentang di sisi Mbak Lasmini. Ia tersenyum sambil memainkan sedikit sisa air mani di bibirnya dengan jarinya. Tak ada setitik pun bekas air mani di tempat lain, bahkan di penisku yang mulai melemas. Rupanya Mbak Lasmini menelan semuanya. Aku tidak menyangka Mbak Lasmini begitu liar dan ganas sekali. Ia membersihkan bibirnya dengan menghisapnya sambil membelai-belai rambutku.
Matanya memancarkan birahi. Aku mengatur napasku yang tersengal-sengal lalu bangkit berlutut di atas tubuhnya mengangkangi pinggangnya. Sambil bertelekan pada siku, aku kembali menghisap bibir dan lidahnya yang disambut dengan pagutan bernafsu dari cewek cantik ini. Sebelah tanganku mulai meraba-raba buah dada dan putingnya, sementara ia menjilati telinga dan leherku.
Aku lalu melepas kancing roknya dan melorotkan rok sekaligus CD-nya hingga Mbak Lasmini kini benar-benar telanjang bulat. Tubuhku kembali naik hingga kini mulutku tepat berada di atas buah dadanya. Kujilati kedua buah dada dan putingnya bergantian dengan lembut dan basah, semakin lama semakin cepat dan liar, sementara penisku yang Masih lemas menggesek-gesek bulu kemaluannya yang lebat.
“Ohh, Mas Sony.. ahh..” ujarnya tersengal-sengal penuh birahi sambil tangannya menuntun sebelah tanganku ke selangkangannya.
Jari tengahku pun mulai bermain di bibir vagina Mbak Lasmini yang telah basah berlendir itu sementara lidah dan bibirku terus menggetarkan putingnya yang merangsang itu.
“Aagghh.. aahh.. Maahhss..” erangnya sambil menjambak rambutku dan memaju-mundurkan pantatnya seirama gesekan jariku pada bibir vaginanya.
“Maahhss.. ohh, Mahhss.. masukin dong.. Maass..” erangnya memohon. Maka kuselipkan jari tengahku ke dalam liang vaginanya yang hangat berlendir itu dan kukeluar-masukkan perlahan-lahan.
“Akhh.. ohh..!” Mbak Lasmini menggoyangkan badannya sehingga mempercepat keluar-masuknya jariku dengan gerakan pantatnya maju-mundur dengan penuh nafsu sambil kulihat ia menggigit bibirnya.
Kulepaskan mulutku dari putingnya dan jariku dari vaginanya. Ia tersentak kaget seakan tak ingin sedetik pun melepaskan kenikmatan ini. Maka dengan cepat aku berpindah posisi sehingga kepalaku tepat berada di kedua pahanya yang telah lebar mengangkang dengan pantatnya yang seakan menantangku. Kujilat seluruh vaginanya dari bawah ke atas, lalu dengan lembut kumainkan bibir vaginanya dengan ujung lidahku, lalu kembali kujilat dari bawah ke atas.
“Ohh.. teruss.. Maass..” desahnya nikmat.
Kuangkat pantatnya dan kuremas dengan kedua tanganku, sambil lidahku menjilati lubang pantatnya, lalu bergerak menyapu vaginanya, lalu dengan lembut dan nakal, kujilati klitorisnya yang telah mengacung.
“Aaaggaahh.. Maass.. teruss.. Maass..” Erangan tak henti ini membuatku semakin bernafsu dan semakin liar menjilati klitoris dan vaginanya.
Menjawab permohonannya, kumasukkan lidahku ke dalam vaginanya dan kugerakkan menari dengan liar di dalam vaginanya sambil mulutku menghisap bibir vaginanya dan klitorisnya. Mbak Lasmini pun menjawab keganasan lidahku dengan semakin cepat dan bernafsu memaju-mundurkan pantatnya membuat vaginanya menghantam wajahku. Sungguh liar dan nakal cewek cantik ini.
“Ohh.. ohh.. ohh.. Mas.. oohh..”
Semakin liar Mbak Lasmini mengerang dan menghantamkan vaginanya pada mulutku, semakin bernafsu aku memainkan vaginanya dengan lidahku, sementara gairahku yang terus terpancing membuat penisku kembali menegang keras.
“Ah.. ah.. ah.. Mass.. aakkhh!”
Mendadak tubuhnya menggelinjang hebat dan jeritan keras menyertai sentakan terakhir pantatnya maju menancapkan vaginanya pada mulutku yang menghisap lendir orgasme yang meleleh dari vagina Mbak Lasmini, sementara pahanya kaku menjepit kepalaku dengan erat dan kedua tangannya yang menahan posisi tubuhnya mencengkeram sprei dengan erat. Manis dan nikmat kurasakan lendir orgasmenya.
“Nnngghh.. nikmat..ohh..” dia mengerang sambil terus mempertahankan jepitan kakinya pada kepalaku dan tekanan vaginanya pada mulutku yang terus menghisap bibir vagina dan klitorisnya.
“Ohh..Mass..” mendadak tubuhnya melemas dan jatuh di kasur, melepas kepalaku dari jepitannya.
Aku memanjat tubuhnya dan mengecup bibirnya dengan lembut yang disambut dengan pagutan liar lidah dan bibir bernafsu. Kami berciuman dan saling melilit lidah beberapa saat hingga akhirnya ia melepas bibirku dengan napas terengah-engah dan kami berpelukan erat.
“Hhh, Mas Sonyy.. nikmat, Mas..”
Kami berpelukan beberapa saat, sambil aku dengan lembut dan perlahan-lahan mulai menggesekkan penisku yang telah kembali menegang. Ia lalu melepaskan pelukannya dan turun dari ranjang. Aku melihat tubuhnya yang indah dengan rambutnya yang panjang dan tubuhnya yang putih dan sexy. Tak lama dia kembali membawa sebotol air dingin dan sebuah gelas. Ia mengisi gelas dan memberikannya padaku.
“Ayo Mas Son, airnya diminum, dengan air ini Mas akan menjadi kekasihku selamanya. Di manapun Mas berada, saya akan di samping Mas. Mas cukup panggil namaku maka saya akan datang.. ingat itu ya Mas..” katanya agak sedikit aneh tapi tidak kuhiraukan.
Kuambil gelas dari tangannya lalu meminum air dingin itu. Kutarik tubuh Mbak Lasmini hingga berbaring, lalu kutempel bibirnya dengan bibirku. Ia membuka mulutnya dan kugigit lidahnya yang menjulur ke mulutku. Ia terkejut, namun ia tersenyum,
“Mas Sony nakal ah..” Wajahku masih di atas wajahnya, dan dengan nakal kuteteskan air liurku ke bibirnya.
Ia kembali tersentak, namun dengan nakal menerima air liurku dan mempermainkannya dengan lidahnya sebelum menghisap seluruhnya ke dalam mulutnya.
“Nakal nih! Bikin saya tambah terangsang aja!” katanya sambil mencubit hidungku.
Kami sama-sama tersenyum, lalu kembali saling berciuman beberapa saat hingga ia membuka kakinya hingga terkangkang sambil meraba-raba penisku yang sudah tegang itu di depan selangkangannya.
“Mas, ayo dong.. Masukin lagi.. nggak tahan nich..”
“Oke.. sayang..”
Sambil berkata begitu, kutekan penisku yang dituntun oleh tangannya ke bibir vaginanya yang ternyata telah kembali basah oleh lendirnya.
“Ssllpp..” dengan mudah seluruh penisku masuk tertelan oleh liang vaginanya.
Kugerakkan pantatku maju-mundur perlahan sambil menikmati gesekan dinding vaginanya yang basah berlendir itu.
“Hhh.. mmhh.. Mini sayang.. hhmm..”
“Ohh, Mas Sony.. mmhh..”
Sambil terus menggerakkan pantat maju-mundur seirama sehingga kenikmatan persetubuhan terasa dengan lembut oleh kami berdua, kami pun berciuman dengan lembut dan tidak liar seperti tadi. Kecupan dan hisapan pada bibirnya benar-benar kunikmati dengan lembut seirama dengan sodokan lembut penisku pada vaginanya.
“Hhh. hh. hh..”
“Mmmhh.. Mbak, I Love You, ohh..”
“Ohh, Mas.. ohh, Minii.. juuggaa.. ohh.. teerruuss.. Maass..”
“Oh Mbak.. ohh.. hngk.. hngk.. hngk..”
“Oh Sayanghh.. sayanghh.. terus sayangghh.. ohh..”
Semakin lama, semakin liar kami saling menyerang satu sama lain. Pantat kami sama-sama maju-mundur semakin cepat dan keras. Kuremas buah dadanya dan kujilati sekali-sekali sementara dia menjambak rambutku. Kedua kakinya melingkari pahaku seakan ingin membantu gerakan pantatku agar sodokan penisku menancap semakin keras dan dalam pada vaginanya.
“Ohh.. Mass.. teruuss.. ohh..”
“Ohh.. ”
Gerakan pantat kami sudah semakin liar dan cepat, dan tubuhnya pun terbanting-banting lepas kendali di atas kasur dengan mata terpejam rapat. Mendadak ia menggigit bibir sesaat lalu melepasnya dengan sebuah pekikan kecil.
“Akhh! Maass.. Minii.. ngghhaak tahh.. aahh.. aahh!” Kembali jeritan panjangnya menyertai sentakan pantatnya yang liar dan keras menancapkan penisku sedalam-dalamnya pada vaginanya, sementara tubuhnya dengan liar tersentak bangkit dari posisi tidur menjadi setengah duduk dan tangannya menarik pantatku sekuat tenaga hingga penisku benar-benar menancap sedalam-dalamnya di dalam vaginanya yang berkontraksi dengan liar beberapa detik sebelum akhirnya meledakkan orgasme hebat yang melepas tumpahan demi tumpahan lendir orgasme.
“Aaahh..” Tubuh Mbak Lasmini mengejang hebat dan kepalanya terlempar ke belakang dengan liar sementara tangannya yang kiri meremas pantatku dengan keras hingga kukunya menancap di pantatku.
Tanpa tersadar dia menggigit dadaku hingga keluar darah sedikit.
“Mass.. Sonn.. ohh..”
Pemandangan liar menggairahkan di depan mataku ini memancing ledakan kenikmatan dalam tubuhku yang menyerbu ke batang penisku yang seakan tersumbat itu.
“Ohh.. akhh..” dan pertahananku pun jebol juga.
“Crraatt.. Crriitt.. Crroott..” semprotan demi semprotan air mani kental dan panas kembali muncrat dari penisku, memenuhi vaginanya hingga begitu penuh dan meleleh keluar membasahi paha kami berdua.
Aku memeluk erat tubuhnya yang telah basah kuyup oleh keringat kami berdua dan kuhisap dadanya dengan tak terkendali sehingga kembali tercetak cupang membiru di atas putingnya.
“Crraatt!” Dengan muncratan terakhirku, aku pun melemas dan kami ambruk bersama-sama di atas kasur.
Aku terasa sangat lemas, sehingga aku pun menjatuhkan diri di samping Mbak Lasmini yang juga telah tergolek lemas.
Kami diam tergeletak beberapa saat dengan napas tersengal-sengal. Lalu aku memandang Mbak Lasmini yang menggairahkan itu dan membelai-belai rambutnya. Dia pun menoleh memandangku dan kami sama-sama tersenyum bahagia. Lalu, kami pun berbaring berpelukan.
Sekilas kulihat jam dinding menunjukkan waktu pukul 04:30 WIB. aku hanya punya waktu sedikit lagi untuk tidur. Kupeluk erat-erat tubuh Mbak Lasmini dan kulihat dia tidur pulas di sampingku. Tak terasa, aku pun tertidur.
Namun baru sekelumit, pintu diketok dari luar. Aku segera bangkit dan turun dari ranjang dan membuka pintu. Aku sudah tahu, pastilah si Andrey atau Erik yang mengetuk pintu, sebab hari sudah pagi dan kami harus bergegas pulang. Ternyata memang si Andrey yang mengetuk pintu.
“Sudah jam setengah lima Son, cepetan siap-siap..” katanya.
“Sorry, aku masih ada tamu..” kataku tersenyum.
“Biar kubangunkan dulu..” kataku lagi.
“Tamu?” tanya Andrey sambil melongok ke dalam ke kamar.
“Mana?”
Aku pun menoleh dan menunjukkan dengan jariku ke ranjang. Tetapi alangkah kagetku ketika melihat ranjang sudah kosong. Tak ada tubuh Mbak Lasmini yang telanjang, tak ada BH dan CD serta pakaiannya yang berserakan di lantai, tak ada sandalnya, tak ada siapa-siapa. Bagaimana mungkin Mbak Lasmini begitu cepat pergi? Kulihat jam dinding menunjukkan waktu pukul 04:40 WIB. Bagaimana mungkin dalam waktu cuma 10 menit Mbak Lasmini pergi dengan membawa semua pakaiannya yang berserakan? Ah, mungkin dia malu dan sembunyi di kamar mandi.
Maka, aku pun segera melihat ke kamar mandi, sementara si Andrey melangkah masuk sambil melihat ke segala sudut kamar tidur. Ternyata kamar mandi juga kosong. Aku benar-benar kaget dan ketakutan. Lantas kemana perginya Mbak Lasmini?
“Mana tamunya Son?” tanya Andrey.
“Kamu ini ada-ada saja lha wong tadi kamu datang dan masuk ke kamar sendirian gitu lho!”
“Aku tadi sama cewek cantik namanya Lasmini, Ndrey..” kataku setengah takut.
“Aku tadi melihat masuk kamar sendiri Son. Aku nggak lihat ada cewek bersamamu.” katanya.
“Tidak Ndrey.. aku bawa teman cewek tadi. Lihat ini di sebelah atas dadaku ini ada bekas gigitannya masih ada..!” aku ngotot.
“Lantas dimana dia sekarang koq nggak ada?” desak Andrey.
“Kalau tidak percaya.. ayo kita tanya sama resepsionis,” ajakku sambil mengenakan sarung.
Kami pun lalu ke loby dan kebetulan resepsionis yang tugas semalam belum pulang. Aku segera menghampirinya dan bertanya, apakah tadi pagi aku pulang sendirian atau membawa teman cewek? Dengan santai kedua resepsionis itu menjawab bahwa aku pulang sendirian. Ah Masa?
“Iya Pak, anda tadi pulang sendirian.. Masak kami bohong?” jawab keduanya.
“Jadi saya tidak membawa wanita tadi?” desakku kurang percaya.
“Tidak Pak, anda sendirian tadi..”
Saat itu Erik yang sudah selesai mengatur tas di bagasi mobil Masuk. Dia bertanya ada apa dan aku mencoba menjelaskan. Erik tertawa, “Kamu ini ada-ada saja Son,” katanya. “Wong aku lihat kamu Masuk kamar sendirian koq..”
Semula disangkanya aku mengada-ada dan kedua temanku itu menanggapinya dengan seloroh pula. Namun setelah aku bersumpah “pocong” dan bicara serius, keduanya ikut ketakutan. Menurut mereka aku telah bercinta dengan hantu penunggu pemandian Watugede yang berubah wujud jadi cewek cantik.
“Makanya jangan suka keluyuran di tempat-tempat begitu,” kata Erik.
“Kalau mau nyepi ya sungguh-sungguh bersih, jangan ngawur, ada cewek cantik di jalan diembat saja.” katanya lagi.
“Kapok!!”
Aku tak berani kembali sendiri ke kamarku. Ketika aku berkemas, kusuruh Andrey dan Erik duduk di ranjang. Aku benar-benar takut dan tak habis mengerti bagaimana hal itu bisa terjadi pada diriku. Melihat ranjang yang masih lusuh itu aku jadi ngeri. Apalagi ketika kulihat bekas spermaku membasahai sprei dan guling.. hii.. ternyata aku telah bercinta dengan hantu! Tapi enak lho pembaca.. upss.
Persis jam enam kami meninggalkan hotel untuk ke Surabaya. Mobil berjalan santai di tangan Andrey yang memang bertugas sebagai sopir kami. Tapi pas melewati “Patung Ken Dedes”, aku kaget minta ampun di depan duduk bersila Mbak Lasmini dengan pakaian kerajaan kuno dia tersenyum padaku.
“Jangann.. ohh.. tidakk..” teriakku.
“Ada apa Son, koq teriak-teriak..?” tanya Erik.
“Itu.. dia ada di depan patung itu..” kataku sambil menunjuk ke arah patung.
“Ah.. kamu ada-ada saja. Wong nggak ada siapa-siapa disitu,” kata Erik.
“Sudahlah.. nggak usah bicara itu lagi. Sebaiknya loe tidur aja Son.. ya,” kata Andrey.
Kurang dari setengah jam kami sudah mendekati tapal batas Singosari. Erik dan Andrey menepikan kendaraan di sebelah kanan untuk membeli apel Batu di pasar buah Mandoroko. Karena masih diselimuti rasa takut dan resah, aku tidak ikut turun. Aku titip saja 5 kilo rambutan Aceh dan 5 kilo apel manalagi.
Duduk diam memandang kesibukan para pedagang buah dan orang-orang kaya yang membelinya, hatiku sedikit tenteram. Kucoba menghilangkan bayangan Mbak Lasmini dari mataku. Cewek itu sungguh luar biasa dalam ngeseks tadi malam. Mungkin karena dia bukan manusia maka dia bisa melakukannya dengan sangat baik. Tetapi, apakah nanti tidak ada efeknya pada diriku karena telah bersetubuh dengan hantu cantik?
Ketika aku sedang merenung itulah tiba-tiba mataku melihat sesosok tubuh ramping di seberang jalan, di depan pompa bensin. aku benar-benar terkejut sampai terlonjak dari tempat dudukku. Mbak Lasmini berdiri di sana sambil memandang ke arahku. Bibirnya tersenyum dan wajahnya ceria sekali. aku ketakutan sampai berkeringat. dan mataku melotot ke arah seberang jalan.
“Hah.. kenapa lagi kamu Son?” teriak Erik sambil memegang keningku.
“Keringatmu dingin dan banyak sekali!”
“Ada apa lagi sih Son?” tanya Andrey.
Aku tak bisa menjawab karena takut. Aku berusaha menyebut nama Mbak Lasmini, tetapi tak ada suara yang keluar dari mulutku yang cuma bisa komat-kamit. Namun aku berhasil mengangkat tangan dan menunjuk ke seberang jalan. Kedua temanku segera mengikuti arah yang kutunjuk.
“Ada Son? Pompa bensin?” tanya Andrey heran.
“Bensinnya sudah diisi koq!”
“Las.. Lasm.. mini!”
Akhirnya nama itu meluncur juga dari mulutku meski terucap amat perlahan.
“Mana?” Erik ikut melihat ke seberang jalan.
“Itu!” jariku tetap menunjuk ke seberang jalan sebab Lasmini memang masih berdiri tegak di sana dengan masih menggunakan pakaian kerajaan kuno.
Dia memang cantik sekali bagai dewi dari kahyangan. Mungkin bila dia ikut pemilihan “Miss Universe” dia akan keluar sebagai juara. Lalu, dia kini melambai-lambaikan tangan ke arahku. Namun kedua rekanku tetap saja menyatakan tidak melihat siapa-siapa. Meski aku ketakutan setengah mati, kedua rekanku santai-santai saja. Andrey segera menstater mobil meluncur kembali di jalan raya dengan cepatnya.
Mataku tak lepas memandangi Lasmini yang masih berdiri disana sambil melambaikan tangan. aku sampai membalikkan tubuh dan memandangnya terus sampai hilang di kejauhan. Aku tidak pura-pura, tidak mengada-ada. Yang kulihat itu benar-benar Lasmini, cewek cantik yang dini hari tadi bercinta denganku! Semua tak percaya, tetapi itulah yang kualami dan Tuhan pasti tahu apa yang sebenarnya terjadi! Oh.. nasibku.ey dan Erik.Cerita Dewasa Panas ini dimulai pada bulan April 2000, aku sedang bertugas di kota Malang untuk menyelesaikan auditing sebuah perusahaan di sana. Aku menginap di sebuah hotel di jantung kota bersama 2 rekanku, Andr2 hari di kota itu, pekerjaan kami sudah selesai, waktu masih sehari lagi. Maka kami sepakat untuk menghabiskan waktu di kota dingin itu. Seperti layaknya anak muda lain, waktu malam yang sepi dan dingin kami berminat membooking cewek-cewek nakal Malang yang amat terkenal.
Cerita Hot | Namun malam itu aku tak ada niat untuk berfoya-foya, sebab hatiku sedang gundah memikirkan nasib dan masa depanku. 3 kali pacaran gagal terus dan semuanya gara-gara cewekku selingkuh dengan cowok lain. Karena di Malang banyak tempat untuk tirakat, maka aku ingin memanfaatkan malam terakhir di kota itu untuk nyepi dan bersemedi. Keinginan itu kuutarakan kepada teman-temanku. Semula mereka memang tidak setuju, sebab mereka ingin bersenang-senang.
“Ya kalian bersenang-senanglah,” kataku sambil tertawa.
“Biar aku yang memanfaatkan malam terakhir ini untuk menyatukan jiwaku dengan alam.” kataku lagi.
Kini gantian mereka yang tertawa, menertawakan kebodohanku.
“Kamu mau nyepi dimana Son?” tanya Andrey.
“Besok kita kembali ke Surabaya jam 6 pagi lho!” timpal Erik.
“Tak masalah, aku akan ada di sini jam 5 pagi, OK,” jawabku sambil mengenakan jaket kulitku. Terus aku pergi sambil tertawa.
Dengan menggunakan jasa angkutan umum aku mencapai wilayah Kecamatan Singosari hanya dalam waktu 30 menit. Sebelum melintas rel kereta api sebagai tanda memasuki kota kecil itu, aku pun turun persis di depan pos polantas. Dari situ aku berjalan sedikit dan kemudian membelok mengikuti arah rel kereta api. Tak lama kemudian sampailah aku di sebuah pemandian alam di Desa Watugede. Konon, kolam itu dulu merupakan tempat mandi Ken Dedes, janda kembang Akuwu Tunggul Ametung yang kemudian dinikahi oleh Ken Arok.
Aku langsung mendatangi pemandian itu dan minta ijin kepada juru kunci untuk bisa semedi di tepi pemandian barang semalam. Pada awalnya si juru kunci keberatan, namun setelah kukeluarkan selembar uang 20-ribuan, dengan wajah berseri-seri aku diijinkan masuk.
Pemandian itu tidak terlalu lebar bahkan terkesan sempit, tetapi airnya sangat jernih dan dingin seperti es. Tepinya terbuat dari batu kuno yang ditata rapi. Ada beberapa patung Kala yang mengeluarkan air dari mulutnya. Juga terdapat beberapa peninggalan lama seperti lingga dan yoni, namun kondisinya sudah rusak. Di sekeliling pemandian terdapat pepohonan rindang dan semak yang menambah kesan angker.
Malam yang gelap dan hanya diterangi lampu 25 watt yang bergantung di sisi rumah si juru kunci. Aku pun mengambil tempat di ujung selatan pemandian dan duduk bersila di sana. Si juru kunci meminjamkan selembar tikar plastik untuk duduk. Ketika dia menawarkan kopi dan makanan kecil terpaksa kutolak. Mana ada orang nyepi sambil minum kopi panas dan makan pisang goreng apalagi kalau ditambah nonton film BF he..he..he..
Suasana amat sepi dan sunyi. Semakin malam terasa semakin sepi. Hanya sekali-sekali terdengar deru kereta api lewat, itu pun hanya dua kali. Deru mobil di jalan raya tak terdengar lagi dari pemandian itu, meski jaraknya tak begitu jauh. Kulihat beberapa kali juru kunci keluar rumah dan melongok ke tempatku semedi, sesudah itu ia masuk lagi. Lepas tengah malam, suasana semakin sepi dan juru kunci tidak keluar lagi.
Udara terasa semakin dingin menggigit tulang, aku pun mulai berhening diri, mencoba menyatukan jiwa, raga dan nuraniku dalam satu genggaman batin. Doa-doa mulai kubaca dan perlahan-lahan menutup sembilan lubang pada diri manusia.
Biasanya, dalam melakukan semedi begitu, konsentrasiku bisa penuh dan bertahan sampai pagi hari. Namun kali ini konsentrasiku tidak bisa total. Seolah-olah ada suara-suara yang selalu menggangguku, ada perasaan-perasaan yang tidak konstan dan akhirnya aku merasa gagal.
Ketika jam menunjukkan pukul 02:30 WIB, kusudahi semediku dan kuanggap gagal. Entah kenapa jiwaku begitu labil dan konsentrasiku terpecah. Aku pun bangkit dan menunggalkan tempat itu tanpa pamit kepada juru kunci yang mungkin saat itu sedang ngorok di samping istrinya.
Karena perut terasa lapar, aku pun berjalan ke pasar Singosari yang jaraknya hanya sekitar 300 meter. Suasana masih sepi tetapi sudah ada beberapa pick-up pedagang sayuran yang datang dan bernegosiasi dengan para pedagang setempat. Ada beberapa warung yang masih atau baru aja dibuka. Maka aku pun memasuki sebuah tenda berwarna biru yang menjual kopi “R&B” dan nasi soto “Balapan”.
Ada beberapa orang nongkrong di warung itu sambil bercanda membicarakan politik negara, presiden yang lucu, menteri yang sering diganti sampai DPR dan MPR yang mereka nilai ceroboh dan bertindak di luar konstitusi.
Saat aku hampir selesai menikmati soto ayam kesukaanku, tiba-tiba seorang wanita cantik masuk dan duduk di seberangku. Busananya sangat sederhana, blus biru dengan bawahan rok semi mini juga berwarna biru. Baik di leher maupun pergelangan tangannya tak ada asesoris. Ia hanya membawa sebuah tas tangan kecil warna biru.
Ia memesan segelas teh manis dan soto. Sementara menunggu pesanan ia cuma menunduk saja. Namun ketika menerima teh manis dari pemilik warung dengan tak sengaja matanya memandang ke arahku. Aku kaget sebab sejak tadi aku mencuri pandang ke arahnya dan tiba-tiba ia memandangku. Tentu saja aku jadi malu. Pandangan itu begitu tajam dan langsung memasuki relung jantungku. Mata itu sungguh indah.
Satu persatu orang meninggalkan warung dan tinggal kami berdua. Meski mangkok sotoku sudah kering dan kopiku yang sudah habis, aku masih menyempatkan diri duduk manis disitu sambil sesekali mataku melirik ke arah cewek cantik itu. Sesekali mata kami bertatapan dan ia menunduk.
Karena tak betah, sifat usilku muncul. Aku pun pindah duduk di dekatnya dan langsung kusapa.
“Koq pagi-pagi begini sudah bangun, mau belanja ya?” sapaku nakal.
Wanita itu memandangku tersenyum dan mengangguk tanpa menjawab. Aku semakin penasaran.
“Nama saya Sony,” kataku memperkenalkan diri. “Mbak siapa?”
“Lasmini, Mas..” jawabnya perlahan. Suaranya merdu sekali di telingaku.
“Asalnya dari mana Mbak?” tanyaku lagi.
“Dari sini saja Mas..” jawabnya perlahan.
“Mbak mau kemana pagi-pagi begini?”
“Mau pulang Mas..”
“Lho, pagi-pagi darimana?” tanyaku.
Dia diam dan cuma tersenyum lalu menunduk. Dibukanya tas tangannya dan berniat mengambil uang untuk membayar soto dan teh manis yang dipesannya. Cepat-cepat aku merogoh saku dan mengeluarkan selembar 20 ribuan dan kuberikan kepada pemilik warung.
“Semua Pak.. sama punya Mbak ini!” kataku.
“Ah jangan Mas.. banyak lho!” katanya malu-malu, tetapi tangannya berhenti dan tidak jadi mengeluarkan uang dari dalam tas miliknya.
“Tidak apa Mbak, kita kan udah kenal berarti Mbak sudah menjadi teman Sony,” kataku menggoda.
“Mbak rumahnya dimana?”
“Di desa sebelah sana, Mas..” katanya sambil menunjuk arah seberang rel.
“Dekat Pemandian Watugede, pemandiannya Kanjeng Ratu Pradnyaparamita.”
“Siapa dia Mbak?” tanyaku pura-pura nggak tahu.
“Dia adalah Ken Dedes dan nama tadi itu nama kebesarannya,” katanya menjelaskan.
“Mbak koq tahu banyak tentang dia, bagaimana bisa?” tanyaku penasaran.
Dia diam dan cuma tersenyum lalu menunduk.
“Mari Sony antar Mbak pulang,” kataku.
“Boleh saja.. kalau Mas Sony mau,” jawabnya sambil tersenyum.
Dan kami pun meninggalkan warung kembali ke arah darimana tadi aku datang. Namun dalam perjalanan timbul keinginan nakalku untuk membawa gadis cantik itu pulang ke hotel. Waktu masih menunjukkan pukul 03:00 WIB. Masih banyak waktu untuk bersuka ria. Siapa tahu dia mau! Ya nggak pembaca.
“Mbak mau kalau Sony ajak jalan-jalan dulu?” aku mulai memancing.
“Kemana Mas, pagi-pagi begini?” jawabnya malu-malu.
“Ke Malang..”
“Ke Malang, mau apa?”
“Sony kan nginap dan tidur di hotel. Bagaimana kalau Mbak menemani Sony di sana?”
Dia diam dan cuma tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.
Tak disangka dan tak dinyana, ternyata Lasmini mau kuajak dia ke hotel. Wah, ini jelas dia bukan cewek baik-baik. Tetapi tak apalah, cewek baik mana mungkin bisa kudapatkan di warung soto di pagi buta begini?
Maka, dengan mencarter angkota kubawa cewek cantik itu ke hotel. Melewati meja resepsionis aku cuma mengangguk dan kedua penjaga itu tersenyum. Mereka pasti maklum sebab mereka juga masih muda dan terbiasa melihat hal semacam itu.
Mungkin mendengar aku datang dan membuka pintu, Andrey dan Erik yang kamarnya berseberangan dengan kamarku membuka pintu dan melongok keluar. Tapi aku tidak peduli. Aku cepat-cepat mengangkat tubuhnya dan kugendong masuk ke kamar. Mbak Lasmini yang terkejut namun dengan sigap merangkul leherku. Lalu, kujatuhkan ia ke ranjang dan aku berlutut mengangkangi tubuhnya, melepaskan semua kancing kemejanya. Kulepas bajunya dan kuloloskan tali BH-nya dari kedua lengannya, lalu kutarik BH-nya hingga terlepas dari buah dadanya yang besar merangsang itu.
Sementara itu, Mbak Lasmini sendiri menyibukkan diri melepas sabuk dan kancing celanaku dan menarik reitsleting celanaku hingga celanaku merosot ke pahaku. Celana dalamku tampak menonjol dengan penis yang telah membesar dan mengeras. Aku berdiri melepas celana dan kemejaku sementara Mbak Lasmini melepas kait BH-nya dan melempar BH-nya ke lantai.
Aku berdiri telanjang mengangkangi tubuhnya yang tergeletak hanya memakai rok. Kupandangi seluruh tubuh Mbak Lasmini yang menggairahkan itu, berakhir di matanya yang menatap penisku yang mengacung ke atas itu dengan pandangan penuh birahi. Aku tahu apa yang ia inginkan, maka aku pun berlutut mengangkangi dadanya dan ia menaikkan kepalanya menyambut penisku dengan mulutnya.
“Ngghh.. nngghh.. Hhh.. Ooohh.. Mbak.. Mini.. sayaanghh.. ohh..” Aku mengerang menikmati hisapan Mbak Lasmini yang maut pada penisku.
Di dalam mulutnya ia memainkan penisku dengan lidahnya membuat bola mataku berputar ke belakang penuh kenikmatan. Perlahan-lahan kumaju-mundurkan pantatku sehingga penisku keluar-masuk mulutnya sementara jempol dan telunjuk Mbak Lasmini melingkari pangkal penisku, memberi pijatan dan gesekan nikmat pada batang penisku.
“Oh..Mbak, Sony nggak tahan..”
Mbak Lasmini seperti tak peduli pada pekikanku yang memberi tanda-tanda nyata bahwa aku hampir mencapai orgasme, ia terus memainkan lidahnya menyambut penisku yang semakin cepat “mengentot” mulutnya. Bahkan kedua jarinya ikut semakin cepat mereMas dan mengocok batang penisku. “Mbaakk.. aahh..” kenikmatan meledak dalam tubuhku dan aku pun memuncratkan maniku dalam mulut Mbak Lasmini yang tanpa ampun menghisap penisku dengan bernafsu.
Lututku terasa lemas dan aku pun jatuh terlentang di sisi Mbak Lasmini. Ia tersenyum sambil memainkan sedikit sisa air mani di bibirnya dengan jarinya. Tak ada setitik pun bekas air mani di tempat lain, bahkan di penisku yang mulai melemas. Rupanya Mbak Lasmini menelan semuanya. Aku tidak menyangka Mbak Lasmini begitu liar dan ganas sekali. Ia membersihkan bibirnya dengan menghisapnya sambil membelai-belai rambutku.
Matanya memancarkan birahi. Aku mengatur napasku yang tersengal-sengal lalu bangkit berlutut di atas tubuhnya mengangkangi pinggangnya. Sambil bertelekan pada siku, aku kembali menghisap bibir dan lidahnya yang disambut dengan pagutan bernafsu dari cewek cantik ini. Sebelah tanganku mulai meraba-raba buah dada dan putingnya, sementara ia menjilati telinga dan leherku.
Aku lalu melepas kancing roknya dan melorotkan rok sekaligus CD-nya hingga Mbak Lasmini kini benar-benar telanjang bulat. Tubuhku kembali naik hingga kini mulutku tepat berada di atas buah dadanya. Kujilati kedua buah dada dan putingnya bergantian dengan lembut dan basah, semakin lama semakin cepat dan liar, sementara penisku yang Masih lemas menggesek-gesek bulu kemaluannya yang lebat.
“Ohh, Mas Sony.. ahh..” ujarnya tersengal-sengal penuh birahi sambil tangannya menuntun sebelah tanganku ke selangkangannya.
Jari tengahku pun mulai bermain di bibir vagina Mbak Lasmini yang telah basah berlendir itu sementara lidah dan bibirku terus menggetarkan putingnya yang merangsang itu.
“Aagghh.. aahh.. Maahhss..” erangnya sambil menjambak rambutku dan memaju-mundurkan pantatnya seirama gesekan jariku pada bibir vaginanya.
“Maahhss.. ohh, Mahhss.. masukin dong.. Maass..” erangnya memohon. Maka kuselipkan jari tengahku ke dalam liang vaginanya yang hangat berlendir itu dan kukeluar-masukkan perlahan-lahan.
“Akhh.. ohh..!” Mbak Lasmini menggoyangkan badannya sehingga mempercepat keluar-masuknya jariku dengan gerakan pantatnya maju-mundur dengan penuh nafsu sambil kulihat ia menggigit bibirnya.
Kulepaskan mulutku dari putingnya dan jariku dari vaginanya. Ia tersentak kaget seakan tak ingin sedetik pun melepaskan kenikmatan ini. Maka dengan cepat aku berpindah posisi sehingga kepalaku tepat berada di kedua pahanya yang telah lebar mengangkang dengan pantatnya yang seakan menantangku. Kujilat seluruh vaginanya dari bawah ke atas, lalu dengan lembut kumainkan bibir vaginanya dengan ujung lidahku, lalu kembali kujilat dari bawah ke atas.
“Ohh.. teruss.. Maass..” desahnya nikmat.
Kuangkat pantatnya dan kuremas dengan kedua tanganku, sambil lidahku menjilati lubang pantatnya, lalu bergerak menyapu vaginanya, lalu dengan lembut dan nakal, kujilati klitorisnya yang telah mengacung.
“Aaaggaahh.. Maass.. teruss.. Maass..” Erangan tak henti ini membuatku semakin bernafsu dan semakin liar menjilati klitoris dan vaginanya.
Menjawab permohonannya, kumasukkan lidahku ke dalam vaginanya dan kugerakkan menari dengan liar di dalam vaginanya sambil mulutku menghisap bibir vaginanya dan klitorisnya. Mbak Lasmini pun menjawab keganasan lidahku dengan semakin cepat dan bernafsu memaju-mundurkan pantatnya membuat vaginanya menghantam wajahku. Sungguh liar dan nakal cewek cantik ini.
“Ohh.. ohh.. ohh.. Mas.. oohh..”
Semakin liar Mbak Lasmini mengerang dan menghantamkan vaginanya pada mulutku, semakin bernafsu aku memainkan vaginanya dengan lidahku, sementara gairahku yang terus terpancing membuat penisku kembali menegang keras.
“Ah.. ah.. ah.. Mass.. aakkhh!”
Mendadak tubuhnya menggelinjang hebat dan jeritan keras menyertai sentakan terakhir pantatnya maju menancapkan vaginanya pada mulutku yang menghisap lendir orgasme yang meleleh dari vagina Mbak Lasmini, sementara pahanya kaku menjepit kepalaku dengan erat dan kedua tangannya yang menahan posisi tubuhnya mencengkeram sprei dengan erat. Manis dan nikmat kurasakan lendir orgasmenya.
“Nnngghh.. nikmat..ohh..” dia mengerang sambil terus mempertahankan jepitan kakinya pada kepalaku dan tekanan vaginanya pada mulutku yang terus menghisap bibir vagina dan klitorisnya.
“Ohh..Mass..” mendadak tubuhnya melemas dan jatuh di kasur, melepas kepalaku dari jepitannya.
Aku memanjat tubuhnya dan mengecup bibirnya dengan lembut yang disambut dengan pagutan liar lidah dan bibir bernafsu. Kami berciuman dan saling melilit lidah beberapa saat hingga akhirnya ia melepas bibirku dengan napas terengah-engah dan kami berpelukan erat.
“Hhh, Mas Sonyy.. nikmat, Mas..”
Kami berpelukan beberapa saat, sambil aku dengan lembut dan perlahan-lahan mulai menggesekkan penisku yang telah kembali menegang. Ia lalu melepaskan pelukannya dan turun dari ranjang. Aku melihat tubuhnya yang indah dengan rambutnya yang panjang dan tubuhnya yang putih dan sexy. Tak lama dia kembali membawa sebotol air dingin dan sebuah gelas. Ia mengisi gelas dan memberikannya padaku.
“Ayo Mas Son, airnya diminum, dengan air ini Mas akan menjadi kekasihku selamanya. Di manapun Mas berada, saya akan di samping Mas. Mas cukup panggil namaku maka saya akan datang.. ingat itu ya Mas..” katanya agak sedikit aneh tapi tidak kuhiraukan.
Kuambil gelas dari tangannya lalu meminum air dingin itu. Kutarik tubuh Mbak Lasmini hingga berbaring, lalu kutempel bibirnya dengan bibirku. Ia membuka mulutnya dan kugigit lidahnya yang menjulur ke mulutku. Ia terkejut, namun ia tersenyum,
“Mas Sony nakal ah..” Wajahku masih di atas wajahnya, dan dengan nakal kuteteskan air liurku ke bibirnya.
Ia kembali tersentak, namun dengan nakal menerima air liurku dan mempermainkannya dengan lidahnya sebelum menghisap seluruhnya ke dalam mulutnya.
“Nakal nih! Bikin saya tambah terangsang aja!” katanya sambil mencubit hidungku.
Kami sama-sama tersenyum, lalu kembali saling berciuman beberapa saat hingga ia membuka kakinya hingga terkangkang sambil meraba-raba penisku yang sudah tegang itu di depan selangkangannya.
“Mas, ayo dong.. Masukin lagi.. nggak tahan nich..”
“Oke.. sayang..”
Sambil berkata begitu, kutekan penisku yang dituntun oleh tangannya ke bibir vaginanya yang ternyata telah kembali basah oleh lendirnya.
“Ssllpp..” dengan mudah seluruh penisku masuk tertelan oleh liang vaginanya.
Kugerakkan pantatku maju-mundur perlahan sambil menikmati gesekan dinding vaginanya yang basah berlendir itu.
“Hhh.. mmhh.. Mini sayang.. hhmm..”
“Ohh, Mas Sony.. mmhh..”
Sambil terus menggerakkan pantat maju-mundur seirama sehingga kenikmatan persetubuhan terasa dengan lembut oleh kami berdua, kami pun berciuman dengan lembut dan tidak liar seperti tadi. Kecupan dan hisapan pada bibirnya benar-benar kunikmati dengan lembut seirama dengan sodokan lembut penisku pada vaginanya.
“Hhh. hh. hh..”
“Mmmhh.. Mbak, I Love You, ohh..”
“Ohh, Mas.. ohh, Minii.. juuggaa.. ohh.. teerruuss.. Maass..”
“Oh Mbak.. ohh.. hngk.. hngk.. hngk..”
“Oh Sayanghh.. sayanghh.. terus sayangghh.. ohh..”
Semakin lama, semakin liar kami saling menyerang satu sama lain. Pantat kami sama-sama maju-mundur semakin cepat dan keras. Kuremas buah dadanya dan kujilati sekali-sekali sementara dia menjambak rambutku. Kedua kakinya melingkari pahaku seakan ingin membantu gerakan pantatku agar sodokan penisku menancap semakin keras dan dalam pada vaginanya.
“Ohh.. Mass.. teruuss.. ohh..”
“Ohh.. ”
Gerakan pantat kami sudah semakin liar dan cepat, dan tubuhnya pun terbanting-banting lepas kendali di atas kasur dengan mata terpejam rapat. Mendadak ia menggigit bibir sesaat lalu melepasnya dengan sebuah pekikan kecil.
“Akhh! Maass.. Minii.. ngghhaak tahh.. aahh.. aahh!” Kembali jeritan panjangnya menyertai sentakan pantatnya yang liar dan keras menancapkan penisku sedalam-dalamnya pada vaginanya, sementara tubuhnya dengan liar tersentak bangkit dari posisi tidur menjadi setengah duduk dan tangannya menarik pantatku sekuat tenaga hingga penisku benar-benar menancap sedalam-dalamnya di dalam vaginanya yang berkontraksi dengan liar beberapa detik sebelum akhirnya meledakkan orgasme hebat yang melepas tumpahan demi tumpahan lendir orgasme.
“Aaahh..” Tubuh Mbak Lasmini mengejang hebat dan kepalanya terlempar ke belakang dengan liar sementara tangannya yang kiri meremas pantatku dengan keras hingga kukunya menancap di pantatku.
Tanpa tersadar dia menggigit dadaku hingga keluar darah sedikit.
“Mass.. Sonn.. ohh..”
Pemandangan liar menggairahkan di depan mataku ini memancing ledakan kenikmatan dalam tubuhku yang menyerbu ke batang penisku yang seakan tersumbat itu.
“Ohh.. akhh..” dan pertahananku pun jebol juga.
“Crraatt.. Crriitt.. Crroott..” semprotan demi semprotan air mani kental dan panas kembali muncrat dari penisku, memenuhi vaginanya hingga begitu penuh dan meleleh keluar membasahi paha kami berdua.
Aku memeluk erat tubuhnya yang telah basah kuyup oleh keringat kami berdua dan kuhisap dadanya dengan tak terkendali sehingga kembali tercetak cupang membiru di atas putingnya.
“Crraatt!” Dengan muncratan terakhirku, aku pun melemas dan kami ambruk bersama-sama di atas kasur.
Aku terasa sangat lemas, sehingga aku pun menjatuhkan diri di samping Mbak Lasmini yang juga telah tergolek lemas.
Kami diam tergeletak beberapa saat dengan napas tersengal-sengal. Lalu aku memandang Mbak Lasmini yang menggairahkan itu dan membelai-belai rambutnya. Dia pun menoleh memandangku dan kami sama-sama tersenyum bahagia. Lalu, kami pun berbaring berpelukan.
Sekilas kulihat jam dinding menunjukkan waktu pukul 04:30 WIB. aku hanya punya waktu sedikit lagi untuk tidur. Kupeluk erat-erat tubuh Mbak Lasmini dan kulihat dia tidur pulas di sampingku. Tak terasa, aku pun tertidur.
Namun baru sekelumit, pintu diketok dari luar. Aku segera bangkit dan turun dari ranjang dan membuka pintu. Aku sudah tahu, pastilah si Andrey atau Erik yang mengetuk pintu, sebab hari sudah pagi dan kami harus bergegas pulang. Ternyata memang si Andrey yang mengetuk pintu.
“Sudah jam setengah lima Son, cepetan siap-siap..” katanya.
“Sorry, aku masih ada tamu..” kataku tersenyum.
“Biar kubangunkan dulu..” kataku lagi.
“Tamu?” tanya Andrey sambil melongok ke dalam ke kamar.
“Mana?”
Aku pun menoleh dan menunjukkan dengan jariku ke ranjang. Tetapi alangkah kagetku ketika melihat ranjang sudah kosong. Tak ada tubuh Mbak Lasmini yang telanjang, tak ada BH dan CD serta pakaiannya yang berserakan di lantai, tak ada sandalnya, tak ada siapa-siapa. Bagaimana mungkin Mbak Lasmini begitu cepat pergi? Kulihat jam dinding menunjukkan waktu pukul 04:40 WIB. Bagaimana mungkin dalam waktu cuma 10 menit Mbak Lasmini pergi dengan membawa semua pakaiannya yang berserakan? Ah, mungkin dia malu dan sembunyi di kamar mandi.
Maka, aku pun segera melihat ke kamar mandi, sementara si Andrey melangkah masuk sambil melihat ke segala sudut kamar tidur. Ternyata kamar mandi juga kosong. Aku benar-benar kaget dan ketakutan. Lantas kemana perginya Mbak Lasmini?
“Mana tamunya Son?” tanya Andrey.
“Kamu ini ada-ada saja lha wong tadi kamu datang dan masuk ke kamar sendirian gitu lho!”
“Aku tadi sama cewek cantik namanya Lasmini, Ndrey..” kataku setengah takut.
“Aku tadi melihat masuk kamar sendiri Son. Aku nggak lihat ada cewek bersamamu.” katanya.
“Tidak Ndrey.. aku bawa teman cewek tadi. Lihat ini di sebelah atas dadaku ini ada bekas gigitannya masih ada..!” aku ngotot.
“Lantas dimana dia sekarang koq nggak ada?” desak Andrey.
“Kalau tidak percaya.. ayo kita tanya sama resepsionis,” ajakku sambil mengenakan sarung.
Kami pun lalu ke loby dan kebetulan resepsionis yang tugas semalam belum pulang. Aku segera menghampirinya dan bertanya, apakah tadi pagi aku pulang sendirian atau membawa teman cewek? Dengan santai kedua resepsionis itu menjawab bahwa aku pulang sendirian. Ah Masa?
“Iya Pak, anda tadi pulang sendirian.. Masak kami bohong?” jawab keduanya.
“Jadi saya tidak membawa wanita tadi?” desakku kurang percaya.
“Tidak Pak, anda sendirian tadi..”
Saat itu Erik yang sudah selesai mengatur tas di bagasi mobil Masuk. Dia bertanya ada apa dan aku mencoba menjelaskan. Erik tertawa, “Kamu ini ada-ada saja Son,” katanya. “Wong aku lihat kamu Masuk kamar sendirian koq..”
Semula disangkanya aku mengada-ada dan kedua temanku itu menanggapinya dengan seloroh pula. Namun setelah aku bersumpah “pocong” dan bicara serius, keduanya ikut ketakutan. Menurut mereka aku telah bercinta dengan hantu penunggu pemandian Watugede yang berubah wujud jadi cewek cantik.
“Makanya jangan suka keluyuran di tempat-tempat begitu,” kata Erik.
“Kalau mau nyepi ya sungguh-sungguh bersih, jangan ngawur, ada cewek cantik di jalan diembat saja.” katanya lagi.
“Kapok!!”
Aku tak berani kembali sendiri ke kamarku. Ketika aku berkemas, kusuruh Andrey dan Erik duduk di ranjang. Aku benar-benar takut dan tak habis mengerti bagaimana hal itu bisa terjadi pada diriku. Melihat ranjang yang masih lusuh itu aku jadi ngeri. Apalagi ketika kulihat bekas spermaku membasahai sprei dan guling.. hii.. ternyata aku telah bercinta dengan hantu! Tapi enak lho pembaca.. upss.
Persis jam enam kami meninggalkan hotel untuk ke Surabaya. Mobil berjalan santai di tangan Andrey yang memang bertugas sebagai sopir kami. Tapi pas melewati “Patung Ken Dedes”, aku kaget minta ampun di depan duduk bersila Mbak Lasmini dengan pakaian kerajaan kuno dia tersenyum padaku.
“Jangann.. ohh.. tidakk..” teriakku.
“Ada apa Son, koq teriak-teriak..?” tanya Erik.
“Itu.. dia ada di depan patung itu..” kataku sambil menunjuk ke arah patung.
“Ah.. kamu ada-ada saja. Wong nggak ada siapa-siapa disitu,” kata Erik.
“Sudahlah.. nggak usah bicara itu lagi. Sebaiknya loe tidur aja Son.. ya,” kata Andrey.
Kurang dari setengah jam kami sudah mendekati tapal batas Singosari. Erik dan Andrey menepikan kendaraan di sebelah kanan untuk membeli apel Batu di pasar buah Mandoroko. Karena masih diselimuti rasa takut dan resah, aku tidak ikut turun. Aku titip saja 5 kilo rambutan Aceh dan 5 kilo apel manalagi.
Duduk diam memandang kesibukan para pedagang buah dan orang-orang kaya yang membelinya, hatiku sedikit tenteram. Kucoba menghilangkan bayangan Mbak Lasmini dari mataku. Cewek itu sungguh luar biasa dalam ngeseks tadi malam. Mungkin karena dia bukan manusia maka dia bisa melakukannya dengan sangat baik. Tetapi, apakah nanti tidak ada efeknya pada diriku karena telah bersetubuh dengan hantu cantik?
Ketika aku sedang merenung itulah tiba-tiba mataku melihat sesosok tubuh ramping di seberang jalan, di depan pompa bensin. aku benar-benar terkejut sampai terlonjak dari tempat dudukku. Mbak Lasmini berdiri di sana sambil memandang ke arahku. Bibirnya tersenyum dan wajahnya ceria sekali. aku ketakutan sampai berkeringat. dan mataku melotot ke arah seberang jalan.
“Hah.. kenapa lagi kamu Son?” teriak Erik sambil memegang keningku.
“Keringatmu dingin dan banyak sekali!”
“Ada apa lagi sih Son?” tanya Andrey.
Aku tak bisa menjawab karena takut. Aku berusaha menyebut nama Mbak Lasmini, tetapi tak ada suara yang keluar dari mulutku yang cuma bisa komat-kamit. Namun aku berhasil mengangkat tangan dan menunjuk ke seberang jalan. Kedua temanku segera mengikuti arah yang kutunjuk.
“Ada Son? Pompa bensin?” tanya Andrey heran.
“Bensinnya sudah diisi koq!”
“Las.. Lasm.. mini!”
Akhirnya nama itu meluncur juga dari mulutku meski terucap amat perlahan.
“Mana?” Erik ikut melihat ke seberang jalan.
“Itu!” jariku tetap menunjuk ke seberang jalan sebab Lasmini memang masih berdiri tegak di sana dengan masih menggunakan pakaian kerajaan kuno.
Dia memang cantik sekali bagai dewi dari kahyangan. Mungkin bila dia ikut pemilihan “Miss Universe” dia akan keluar sebagai juara. Lalu, dia kini melambai-lambaikan tangan ke arahku. Namun kedua rekanku tetap saja menyatakan tidak melihat siapa-siapa. Meski aku ketakutan setengah mati, kedua rekanku santai-santai saja. Andrey segera menstater mobil meluncur kembali di jalan raya dengan cepatnya.
Mataku tak lepas memandangi Lasmini yang masih berdiri disana sambil melambaikan tangan. aku sampai membalikkan tubuh dan memandangnya terus sampai hilang di kejauhan. Aku tidak pura-pura, tidak mengada-ada. Yang kulihat itu benar-benar Lasmini, cewek cantik yang dini hari tadi bercinta denganku! Semua tak percaya, tetapi itulah yang kualami dan Tuhan pasti tahu apa yang sebenarnya terjadi! Oh.. nasibku.ey dan Erik.
Cerita Hot | Namun malam itu aku tak ada niat untuk berfoya-foya, sebab hatiku sedang gundah memikirkan nasib dan masa depanku. 3 kali pacaran gagal terus dan semuanya gara-gara cewekku selingkuh dengan cowok lain. Karena di Malang banyak tempat untuk tirakat, maka aku ingin memanfaatkan malam terakhir di kota itu untuk nyepi dan bersemedi. Keinginan itu kuutarakan kepada teman-temanku. Semula mereka memang tidak setuju, sebab mereka ingin bersenang-senang.
“Ya kalian bersenang-senanglah,” kataku sambil tertawa.
“Biar aku yang memanfaatkan malam terakhir ini untuk menyatukan jiwaku dengan alam.” kataku lagi.
Kini gantian mereka yang tertawa, menertawakan kebodohanku.
“Kamu mau nyepi dimana Son?” tanya Andrey.
“Besok kita kembali ke Surabaya jam 6 pagi lho!” timpal Erik.
“Tak masalah, aku akan ada di sini jam 5 pagi, OK,” jawabku sambil mengenakan jaket kulitku. Terus aku pergi sambil tertawa.
Dengan menggunakan jasa angkutan umum aku mencapai wilayah Kecamatan Singosari hanya dalam waktu 30 menit. Sebelum melintas rel kereta api sebagai tanda memasuki kota kecil itu, aku pun turun persis di depan pos polantas. Dari situ aku berjalan sedikit dan kemudian membelok mengikuti arah rel kereta api. Tak lama kemudian sampailah aku di sebuah pemandian alam di Desa Watugede. Konon, kolam itu dulu merupakan tempat mandi Ken Dedes, janda kembang Akuwu Tunggul Ametung yang kemudian dinikahi oleh Ken Arok.
Aku langsung mendatangi pemandian itu dan minta ijin kepada juru kunci untuk bisa semedi di tepi pemandian barang semalam. Pada awalnya si juru kunci keberatan, namun setelah kukeluarkan selembar uang 20-ribuan, dengan wajah berseri-seri aku diijinkan masuk.
Pemandian itu tidak terlalu lebar bahkan terkesan sempit, tetapi airnya sangat jernih dan dingin seperti es. Tepinya terbuat dari batu kuno yang ditata rapi. Ada beberapa patung Kala yang mengeluarkan air dari mulutnya. Juga terdapat beberapa peninggalan lama seperti lingga dan yoni, namun kondisinya sudah rusak. Di sekeliling pemandian terdapat pepohonan rindang dan semak yang menambah kesan angker.
Malam yang gelap dan hanya diterangi lampu 25 watt yang bergantung di sisi rumah si juru kunci. Aku pun mengambil tempat di ujung selatan pemandian dan duduk bersila di sana. Si juru kunci meminjamkan selembar tikar plastik untuk duduk. Ketika dia menawarkan kopi dan makanan kecil terpaksa kutolak. Mana ada orang nyepi sambil minum kopi panas dan makan pisang goreng apalagi kalau ditambah nonton film BF he..he..he..
Suasana amat sepi dan sunyi. Semakin malam terasa semakin sepi. Hanya sekali-sekali terdengar deru kereta api lewat, itu pun hanya dua kali. Deru mobil di jalan raya tak terdengar lagi dari pemandian itu, meski jaraknya tak begitu jauh. Kulihat beberapa kali juru kunci keluar rumah dan melongok ke tempatku semedi, sesudah itu ia masuk lagi. Lepas tengah malam, suasana semakin sepi dan juru kunci tidak keluar lagi.
Udara terasa semakin dingin menggigit tulang, aku pun mulai berhening diri, mencoba menyatukan jiwa, raga dan nuraniku dalam satu genggaman batin. Doa-doa mulai kubaca dan perlahan-lahan menutup sembilan lubang pada diri manusia.
Biasanya, dalam melakukan semedi begitu, konsentrasiku bisa penuh dan bertahan sampai pagi hari. Namun kali ini konsentrasiku tidak bisa total. Seolah-olah ada suara-suara yang selalu menggangguku, ada perasaan-perasaan yang tidak konstan dan akhirnya aku merasa gagal.
Ketika jam menunjukkan pukul 02:30 WIB, kusudahi semediku dan kuanggap gagal. Entah kenapa jiwaku begitu labil dan konsentrasiku terpecah. Aku pun bangkit dan menunggalkan tempat itu tanpa pamit kepada juru kunci yang mungkin saat itu sedang ngorok di samping istrinya.
Karena perut terasa lapar, aku pun berjalan ke pasar Singosari yang jaraknya hanya sekitar 300 meter. Suasana masih sepi tetapi sudah ada beberapa pick-up pedagang sayuran yang datang dan bernegosiasi dengan para pedagang setempat. Ada beberapa warung yang masih atau baru aja dibuka. Maka aku pun memasuki sebuah tenda berwarna biru yang menjual kopi “R&B” dan nasi soto “Balapan”.
Ada beberapa orang nongkrong di warung itu sambil bercanda membicarakan politik negara, presiden yang lucu, menteri yang sering diganti sampai DPR dan MPR yang mereka nilai ceroboh dan bertindak di luar konstitusi.
Saat aku hampir selesai menikmati soto ayam kesukaanku, tiba-tiba seorang wanita cantik masuk dan duduk di seberangku. Busananya sangat sederhana, blus biru dengan bawahan rok semi mini juga berwarna biru. Baik di leher maupun pergelangan tangannya tak ada asesoris. Ia hanya membawa sebuah tas tangan kecil warna biru.
Ia memesan segelas teh manis dan soto. Sementara menunggu pesanan ia cuma menunduk saja. Namun ketika menerima teh manis dari pemilik warung dengan tak sengaja matanya memandang ke arahku. Aku kaget sebab sejak tadi aku mencuri pandang ke arahnya dan tiba-tiba ia memandangku. Tentu saja aku jadi malu. Pandangan itu begitu tajam dan langsung memasuki relung jantungku. Mata itu sungguh indah.
Satu persatu orang meninggalkan warung dan tinggal kami berdua. Meski mangkok sotoku sudah kering dan kopiku yang sudah habis, aku masih menyempatkan diri duduk manis disitu sambil sesekali mataku melirik ke arah cewek cantik itu. Sesekali mata kami bertatapan dan ia menunduk.
Karena tak betah, sifat usilku muncul. Aku pun pindah duduk di dekatnya dan langsung kusapa.
“Koq pagi-pagi begini sudah bangun, mau belanja ya?” sapaku nakal.
Wanita itu memandangku tersenyum dan mengangguk tanpa menjawab. Aku semakin penasaran.
“Nama saya Sony,” kataku memperkenalkan diri. “Mbak siapa?”
“Lasmini, Mas..” jawabnya perlahan. Suaranya merdu sekali di telingaku.
“Asalnya dari mana Mbak?” tanyaku lagi.
“Dari sini saja Mas..” jawabnya perlahan.
“Mbak mau kemana pagi-pagi begini?”
“Mau pulang Mas..”
“Lho, pagi-pagi darimana?” tanyaku.
Dia diam dan cuma tersenyum lalu menunduk. Dibukanya tas tangannya dan berniat mengambil uang untuk membayar soto dan teh manis yang dipesannya. Cepat-cepat aku merogoh saku dan mengeluarkan selembar 20 ribuan dan kuberikan kepada pemilik warung.
“Semua Pak.. sama punya Mbak ini!” kataku.
“Ah jangan Mas.. banyak lho!” katanya malu-malu, tetapi tangannya berhenti dan tidak jadi mengeluarkan uang dari dalam tas miliknya.
“Tidak apa Mbak, kita kan udah kenal berarti Mbak sudah menjadi teman Sony,” kataku menggoda.
“Mbak rumahnya dimana?”
“Di desa sebelah sana, Mas..” katanya sambil menunjuk arah seberang rel.
“Dekat Pemandian Watugede, pemandiannya Kanjeng Ratu Pradnyaparamita.”
“Siapa dia Mbak?” tanyaku pura-pura nggak tahu.
“Dia adalah Ken Dedes dan nama tadi itu nama kebesarannya,” katanya menjelaskan.
“Mbak koq tahu banyak tentang dia, bagaimana bisa?” tanyaku penasaran.
Dia diam dan cuma tersenyum lalu menunduk.
“Mari Sony antar Mbak pulang,” kataku.
“Boleh saja.. kalau Mas Sony mau,” jawabnya sambil tersenyum.
Dan kami pun meninggalkan warung kembali ke arah darimana tadi aku datang. Namun dalam perjalanan timbul keinginan nakalku untuk membawa gadis cantik itu pulang ke hotel. Waktu masih menunjukkan pukul 03:00 WIB. Masih banyak waktu untuk bersuka ria. Siapa tahu dia mau! Ya nggak pembaca.
“Mbak mau kalau Sony ajak jalan-jalan dulu?” aku mulai memancing.
“Kemana Mas, pagi-pagi begini?” jawabnya malu-malu.
“Ke Malang..”
“Ke Malang, mau apa?”
“Sony kan nginap dan tidur di hotel. Bagaimana kalau Mbak menemani Sony di sana?”
Dia diam dan cuma tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.
Tak disangka dan tak dinyana, ternyata Lasmini mau kuajak dia ke hotel. Wah, ini jelas dia bukan cewek baik-baik. Tetapi tak apalah, cewek baik mana mungkin bisa kudapatkan di warung soto di pagi buta begini?
Maka, dengan mencarter angkota kubawa cewek cantik itu ke hotel. Melewati meja resepsionis aku cuma mengangguk dan kedua penjaga itu tersenyum. Mereka pasti maklum sebab mereka juga masih muda dan terbiasa melihat hal semacam itu.
Mungkin mendengar aku datang dan membuka pintu, Andrey dan Erik yang kamarnya berseberangan dengan kamarku membuka pintu dan melongok keluar. Tapi aku tidak peduli. Aku cepat-cepat mengangkat tubuhnya dan kugendong masuk ke kamar. Mbak Lasmini yang terkejut namun dengan sigap merangkul leherku. Lalu, kujatuhkan ia ke ranjang dan aku berlutut mengangkangi tubuhnya, melepaskan semua kancing kemejanya. Kulepas bajunya dan kuloloskan tali BH-nya dari kedua lengannya, lalu kutarik BH-nya hingga terlepas dari buah dadanya yang besar merangsang itu.
Sementara itu, Mbak Lasmini sendiri menyibukkan diri melepas sabuk dan kancing celanaku dan menarik reitsleting celanaku hingga celanaku merosot ke pahaku. Celana dalamku tampak menonjol dengan penis yang telah membesar dan mengeras. Aku berdiri melepas celana dan kemejaku sementara Mbak Lasmini melepas kait BH-nya dan melempar BH-nya ke lantai.
Aku berdiri telanjang mengangkangi tubuhnya yang tergeletak hanya memakai rok. Kupandangi seluruh tubuh Mbak Lasmini yang menggairahkan itu, berakhir di matanya yang menatap penisku yang mengacung ke atas itu dengan pandangan penuh birahi. Aku tahu apa yang ia inginkan, maka aku pun berlutut mengangkangi dadanya dan ia menaikkan kepalanya menyambut penisku dengan mulutnya.
“Ngghh.. nngghh.. Hhh.. Ooohh.. Mbak.. Mini.. sayaanghh.. ohh..” Aku mengerang menikmati hisapan Mbak Lasmini yang maut pada penisku.
Di dalam mulutnya ia memainkan penisku dengan lidahnya membuat bola mataku berputar ke belakang penuh kenikmatan. Perlahan-lahan kumaju-mundurkan pantatku sehingga penisku keluar-masuk mulutnya sementara jempol dan telunjuk Mbak Lasmini melingkari pangkal penisku, memberi pijatan dan gesekan nikmat pada batang penisku.
“Oh..Mbak, Sony nggak tahan..”
Mbak Lasmini seperti tak peduli pada pekikanku yang memberi tanda-tanda nyata bahwa aku hampir mencapai orgasme, ia terus memainkan lidahnya menyambut penisku yang semakin cepat “mengentot” mulutnya. Bahkan kedua jarinya ikut semakin cepat mereMas dan mengocok batang penisku. “Mbaakk.. aahh..” kenikmatan meledak dalam tubuhku dan aku pun memuncratkan maniku dalam mulut Mbak Lasmini yang tanpa ampun menghisap penisku dengan bernafsu.
Lututku terasa lemas dan aku pun jatuh terlentang di sisi Mbak Lasmini. Ia tersenyum sambil memainkan sedikit sisa air mani di bibirnya dengan jarinya. Tak ada setitik pun bekas air mani di tempat lain, bahkan di penisku yang mulai melemas. Rupanya Mbak Lasmini menelan semuanya. Aku tidak menyangka Mbak Lasmini begitu liar dan ganas sekali. Ia membersihkan bibirnya dengan menghisapnya sambil membelai-belai rambutku.
Matanya memancarkan birahi. Aku mengatur napasku yang tersengal-sengal lalu bangkit berlutut di atas tubuhnya mengangkangi pinggangnya. Sambil bertelekan pada siku, aku kembali menghisap bibir dan lidahnya yang disambut dengan pagutan bernafsu dari cewek cantik ini. Sebelah tanganku mulai meraba-raba buah dada dan putingnya, sementara ia menjilati telinga dan leherku.
Aku lalu melepas kancing roknya dan melorotkan rok sekaligus CD-nya hingga Mbak Lasmini kini benar-benar telanjang bulat. Tubuhku kembali naik hingga kini mulutku tepat berada di atas buah dadanya. Kujilati kedua buah dada dan putingnya bergantian dengan lembut dan basah, semakin lama semakin cepat dan liar, sementara penisku yang Masih lemas menggesek-gesek bulu kemaluannya yang lebat.
“Ohh, Mas Sony.. ahh..” ujarnya tersengal-sengal penuh birahi sambil tangannya menuntun sebelah tanganku ke selangkangannya.
Jari tengahku pun mulai bermain di bibir vagina Mbak Lasmini yang telah basah berlendir itu sementara lidah dan bibirku terus menggetarkan putingnya yang merangsang itu.
“Aagghh.. aahh.. Maahhss..” erangnya sambil menjambak rambutku dan memaju-mundurkan pantatnya seirama gesekan jariku pada bibir vaginanya.
“Maahhss.. ohh, Mahhss.. masukin dong.. Maass..” erangnya memohon. Maka kuselipkan jari tengahku ke dalam liang vaginanya yang hangat berlendir itu dan kukeluar-masukkan perlahan-lahan.
“Akhh.. ohh..!” Mbak Lasmini menggoyangkan badannya sehingga mempercepat keluar-masuknya jariku dengan gerakan pantatnya maju-mundur dengan penuh nafsu sambil kulihat ia menggigit bibirnya.
Kulepaskan mulutku dari putingnya dan jariku dari vaginanya. Ia tersentak kaget seakan tak ingin sedetik pun melepaskan kenikmatan ini. Maka dengan cepat aku berpindah posisi sehingga kepalaku tepat berada di kedua pahanya yang telah lebar mengangkang dengan pantatnya yang seakan menantangku. Kujilat seluruh vaginanya dari bawah ke atas, lalu dengan lembut kumainkan bibir vaginanya dengan ujung lidahku, lalu kembali kujilat dari bawah ke atas.
“Ohh.. teruss.. Maass..” desahnya nikmat.
Kuangkat pantatnya dan kuremas dengan kedua tanganku, sambil lidahku menjilati lubang pantatnya, lalu bergerak menyapu vaginanya, lalu dengan lembut dan nakal, kujilati klitorisnya yang telah mengacung.
“Aaaggaahh.. Maass.. teruss.. Maass..” Erangan tak henti ini membuatku semakin bernafsu dan semakin liar menjilati klitoris dan vaginanya.
Menjawab permohonannya, kumasukkan lidahku ke dalam vaginanya dan kugerakkan menari dengan liar di dalam vaginanya sambil mulutku menghisap bibir vaginanya dan klitorisnya. Mbak Lasmini pun menjawab keganasan lidahku dengan semakin cepat dan bernafsu memaju-mundurkan pantatnya membuat vaginanya menghantam wajahku. Sungguh liar dan nakal cewek cantik ini.
“Ohh.. ohh.. ohh.. Mas.. oohh..”
Semakin liar Mbak Lasmini mengerang dan menghantamkan vaginanya pada mulutku, semakin bernafsu aku memainkan vaginanya dengan lidahku, sementara gairahku yang terus terpancing membuat penisku kembali menegang keras.
“Ah.. ah.. ah.. Mass.. aakkhh!”
Mendadak tubuhnya menggelinjang hebat dan jeritan keras menyertai sentakan terakhir pantatnya maju menancapkan vaginanya pada mulutku yang menghisap lendir orgasme yang meleleh dari vagina Mbak Lasmini, sementara pahanya kaku menjepit kepalaku dengan erat dan kedua tangannya yang menahan posisi tubuhnya mencengkeram sprei dengan erat. Manis dan nikmat kurasakan lendir orgasmenya.
“Nnngghh.. nikmat..ohh..” dia mengerang sambil terus mempertahankan jepitan kakinya pada kepalaku dan tekanan vaginanya pada mulutku yang terus menghisap bibir vagina dan klitorisnya.
“Ohh..Mass..” mendadak tubuhnya melemas dan jatuh di kasur, melepas kepalaku dari jepitannya.
Aku memanjat tubuhnya dan mengecup bibirnya dengan lembut yang disambut dengan pagutan liar lidah dan bibir bernafsu. Kami berciuman dan saling melilit lidah beberapa saat hingga akhirnya ia melepas bibirku dengan napas terengah-engah dan kami berpelukan erat.
“Hhh, Mas Sonyy.. nikmat, Mas..”
Kami berpelukan beberapa saat, sambil aku dengan lembut dan perlahan-lahan mulai menggesekkan penisku yang telah kembali menegang. Ia lalu melepaskan pelukannya dan turun dari ranjang. Aku melihat tubuhnya yang indah dengan rambutnya yang panjang dan tubuhnya yang putih dan sexy. Tak lama dia kembali membawa sebotol air dingin dan sebuah gelas. Ia mengisi gelas dan memberikannya padaku.
“Ayo Mas Son, airnya diminum, dengan air ini Mas akan menjadi kekasihku selamanya. Di manapun Mas berada, saya akan di samping Mas. Mas cukup panggil namaku maka saya akan datang.. ingat itu ya Mas..” katanya agak sedikit aneh tapi tidak kuhiraukan.
Kuambil gelas dari tangannya lalu meminum air dingin itu. Kutarik tubuh Mbak Lasmini hingga berbaring, lalu kutempel bibirnya dengan bibirku. Ia membuka mulutnya dan kugigit lidahnya yang menjulur ke mulutku. Ia terkejut, namun ia tersenyum,
“Mas Sony nakal ah..” Wajahku masih di atas wajahnya, dan dengan nakal kuteteskan air liurku ke bibirnya.
Ia kembali tersentak, namun dengan nakal menerima air liurku dan mempermainkannya dengan lidahnya sebelum menghisap seluruhnya ke dalam mulutnya.
“Nakal nih! Bikin saya tambah terangsang aja!” katanya sambil mencubit hidungku.
Kami sama-sama tersenyum, lalu kembali saling berciuman beberapa saat hingga ia membuka kakinya hingga terkangkang sambil meraba-raba penisku yang sudah tegang itu di depan selangkangannya.
“Mas, ayo dong.. Masukin lagi.. nggak tahan nich..”
“Oke.. sayang..”
Sambil berkata begitu, kutekan penisku yang dituntun oleh tangannya ke bibir vaginanya yang ternyata telah kembali basah oleh lendirnya.
“Ssllpp..” dengan mudah seluruh penisku masuk tertelan oleh liang vaginanya.
Kugerakkan pantatku maju-mundur perlahan sambil menikmati gesekan dinding vaginanya yang basah berlendir itu.
“Hhh.. mmhh.. Mini sayang.. hhmm..”
“Ohh, Mas Sony.. mmhh..”
Sambil terus menggerakkan pantat maju-mundur seirama sehingga kenikmatan persetubuhan terasa dengan lembut oleh kami berdua, kami pun berciuman dengan lembut dan tidak liar seperti tadi. Kecupan dan hisapan pada bibirnya benar-benar kunikmati dengan lembut seirama dengan sodokan lembut penisku pada vaginanya.
“Hhh. hh. hh..”
“Mmmhh.. Mbak, I Love You, ohh..”
“Ohh, Mas.. ohh, Minii.. juuggaa.. ohh.. teerruuss.. Maass..”
“Oh Mbak.. ohh.. hngk.. hngk.. hngk..”
“Oh Sayanghh.. sayanghh.. terus sayangghh.. ohh..”
Semakin lama, semakin liar kami saling menyerang satu sama lain. Pantat kami sama-sama maju-mundur semakin cepat dan keras. Kuremas buah dadanya dan kujilati sekali-sekali sementara dia menjambak rambutku. Kedua kakinya melingkari pahaku seakan ingin membantu gerakan pantatku agar sodokan penisku menancap semakin keras dan dalam pada vaginanya.
“Ohh.. Mass.. teruuss.. ohh..”
“Ohh.. ”
Gerakan pantat kami sudah semakin liar dan cepat, dan tubuhnya pun terbanting-banting lepas kendali di atas kasur dengan mata terpejam rapat. Mendadak ia menggigit bibir sesaat lalu melepasnya dengan sebuah pekikan kecil.
“Akhh! Maass.. Minii.. ngghhaak tahh.. aahh.. aahh!” Kembali jeritan panjangnya menyertai sentakan pantatnya yang liar dan keras menancapkan penisku sedalam-dalamnya pada vaginanya, sementara tubuhnya dengan liar tersentak bangkit dari posisi tidur menjadi setengah duduk dan tangannya menarik pantatku sekuat tenaga hingga penisku benar-benar menancap sedalam-dalamnya di dalam vaginanya yang berkontraksi dengan liar beberapa detik sebelum akhirnya meledakkan orgasme hebat yang melepas tumpahan demi tumpahan lendir orgasme.
“Aaahh..” Tubuh Mbak Lasmini mengejang hebat dan kepalanya terlempar ke belakang dengan liar sementara tangannya yang kiri meremas pantatku dengan keras hingga kukunya menancap di pantatku.
Tanpa tersadar dia menggigit dadaku hingga keluar darah sedikit.
“Mass.. Sonn.. ohh..”
Pemandangan liar menggairahkan di depan mataku ini memancing ledakan kenikmatan dalam tubuhku yang menyerbu ke batang penisku yang seakan tersumbat itu.
“Ohh.. akhh..” dan pertahananku pun jebol juga.
“Crraatt.. Crriitt.. Crroott..” semprotan demi semprotan air mani kental dan panas kembali muncrat dari penisku, memenuhi vaginanya hingga begitu penuh dan meleleh keluar membasahi paha kami berdua.
Aku memeluk erat tubuhnya yang telah basah kuyup oleh keringat kami berdua dan kuhisap dadanya dengan tak terkendali sehingga kembali tercetak cupang membiru di atas putingnya.
“Crraatt!” Dengan muncratan terakhirku, aku pun melemas dan kami ambruk bersama-sama di atas kasur.
Aku terasa sangat lemas, sehingga aku pun menjatuhkan diri di samping Mbak Lasmini yang juga telah tergolek lemas.
Kami diam tergeletak beberapa saat dengan napas tersengal-sengal. Lalu aku memandang Mbak Lasmini yang menggairahkan itu dan membelai-belai rambutnya. Dia pun menoleh memandangku dan kami sama-sama tersenyum bahagia. Lalu, kami pun berbaring berpelukan.
Sekilas kulihat jam dinding menunjukkan waktu pukul 04:30 WIB. aku hanya punya waktu sedikit lagi untuk tidur. Kupeluk erat-erat tubuh Mbak Lasmini dan kulihat dia tidur pulas di sampingku. Tak terasa, aku pun tertidur.
Namun baru sekelumit, pintu diketok dari luar. Aku segera bangkit dan turun dari ranjang dan membuka pintu. Aku sudah tahu, pastilah si Andrey atau Erik yang mengetuk pintu, sebab hari sudah pagi dan kami harus bergegas pulang. Ternyata memang si Andrey yang mengetuk pintu.
“Sudah jam setengah lima Son, cepetan siap-siap..” katanya.
“Sorry, aku masih ada tamu..” kataku tersenyum.
“Biar kubangunkan dulu..” kataku lagi.
“Tamu?” tanya Andrey sambil melongok ke dalam ke kamar.
“Mana?”
Aku pun menoleh dan menunjukkan dengan jariku ke ranjang. Tetapi alangkah kagetku ketika melihat ranjang sudah kosong. Tak ada tubuh Mbak Lasmini yang telanjang, tak ada BH dan CD serta pakaiannya yang berserakan di lantai, tak ada sandalnya, tak ada siapa-siapa. Bagaimana mungkin Mbak Lasmini begitu cepat pergi? Kulihat jam dinding menunjukkan waktu pukul 04:40 WIB. Bagaimana mungkin dalam waktu cuma 10 menit Mbak Lasmini pergi dengan membawa semua pakaiannya yang berserakan? Ah, mungkin dia malu dan sembunyi di kamar mandi.
Maka, aku pun segera melihat ke kamar mandi, sementara si Andrey melangkah masuk sambil melihat ke segala sudut kamar tidur. Ternyata kamar mandi juga kosong. Aku benar-benar kaget dan ketakutan. Lantas kemana perginya Mbak Lasmini?
“Mana tamunya Son?” tanya Andrey.
“Kamu ini ada-ada saja lha wong tadi kamu datang dan masuk ke kamar sendirian gitu lho!”
“Aku tadi sama cewek cantik namanya Lasmini, Ndrey..” kataku setengah takut.
“Aku tadi melihat masuk kamar sendiri Son. Aku nggak lihat ada cewek bersamamu.” katanya.
“Tidak Ndrey.. aku bawa teman cewek tadi. Lihat ini di sebelah atas dadaku ini ada bekas gigitannya masih ada..!” aku ngotot.
“Lantas dimana dia sekarang koq nggak ada?” desak Andrey.
“Kalau tidak percaya.. ayo kita tanya sama resepsionis,” ajakku sambil mengenakan sarung.
Kami pun lalu ke loby dan kebetulan resepsionis yang tugas semalam belum pulang. Aku segera menghampirinya dan bertanya, apakah tadi pagi aku pulang sendirian atau membawa teman cewek? Dengan santai kedua resepsionis itu menjawab bahwa aku pulang sendirian. Ah Masa?
“Iya Pak, anda tadi pulang sendirian.. Masak kami bohong?” jawab keduanya.
“Jadi saya tidak membawa wanita tadi?” desakku kurang percaya.
“Tidak Pak, anda sendirian tadi..”
Saat itu Erik yang sudah selesai mengatur tas di bagasi mobil Masuk. Dia bertanya ada apa dan aku mencoba menjelaskan. Erik tertawa, “Kamu ini ada-ada saja Son,” katanya. “Wong aku lihat kamu Masuk kamar sendirian koq..”
Semula disangkanya aku mengada-ada dan kedua temanku itu menanggapinya dengan seloroh pula. Namun setelah aku bersumpah “pocong” dan bicara serius, keduanya ikut ketakutan. Menurut mereka aku telah bercinta dengan hantu penunggu pemandian Watugede yang berubah wujud jadi cewek cantik.
“Makanya jangan suka keluyuran di tempat-tempat begitu,” kata Erik.
“Kalau mau nyepi ya sungguh-sungguh bersih, jangan ngawur, ada cewek cantik di jalan diembat saja.” katanya lagi.
“Kapok!!”
Aku tak berani kembali sendiri ke kamarku. Ketika aku berkemas, kusuruh Andrey dan Erik duduk di ranjang. Aku benar-benar takut dan tak habis mengerti bagaimana hal itu bisa terjadi pada diriku. Melihat ranjang yang masih lusuh itu aku jadi ngeri. Apalagi ketika kulihat bekas spermaku membasahai sprei dan guling.. hii.. ternyata aku telah bercinta dengan hantu! Tapi enak lho pembaca.. upss.
Persis jam enam kami meninggalkan hotel untuk ke Surabaya. Mobil berjalan santai di tangan Andrey yang memang bertugas sebagai sopir kami. Tapi pas melewati “Patung Ken Dedes”, aku kaget minta ampun di depan duduk bersila Mbak Lasmini dengan pakaian kerajaan kuno dia tersenyum padaku.
“Jangann.. ohh.. tidakk..” teriakku.
“Ada apa Son, koq teriak-teriak..?” tanya Erik.
“Itu.. dia ada di depan patung itu..” kataku sambil menunjuk ke arah patung.
“Ah.. kamu ada-ada saja. Wong nggak ada siapa-siapa disitu,” kata Erik.
“Sudahlah.. nggak usah bicara itu lagi. Sebaiknya loe tidur aja Son.. ya,” kata Andrey.
Kurang dari setengah jam kami sudah mendekati tapal batas Singosari. Erik dan Andrey menepikan kendaraan di sebelah kanan untuk membeli apel Batu di pasar buah Mandoroko. Karena masih diselimuti rasa takut dan resah, aku tidak ikut turun. Aku titip saja 5 kilo rambutan Aceh dan 5 kilo apel manalagi.
Duduk diam memandang kesibukan para pedagang buah dan orang-orang kaya yang membelinya, hatiku sedikit tenteram. Kucoba menghilangkan bayangan Mbak Lasmini dari mataku. Cewek itu sungguh luar biasa dalam ngeseks tadi malam. Mungkin karena dia bukan manusia maka dia bisa melakukannya dengan sangat baik. Tetapi, apakah nanti tidak ada efeknya pada diriku karena telah bersetubuh dengan hantu cantik?
Ketika aku sedang merenung itulah tiba-tiba mataku melihat sesosok tubuh ramping di seberang jalan, di depan pompa bensin. aku benar-benar terkejut sampai terlonjak dari tempat dudukku. Mbak Lasmini berdiri di sana sambil memandang ke arahku. Bibirnya tersenyum dan wajahnya ceria sekali. aku ketakutan sampai berkeringat. dan mataku melotot ke arah seberang jalan.
“Hah.. kenapa lagi kamu Son?” teriak Erik sambil memegang keningku.
“Keringatmu dingin dan banyak sekali!”
“Ada apa lagi sih Son?” tanya Andrey.
Aku tak bisa menjawab karena takut. Aku berusaha menyebut nama Mbak Lasmini, tetapi tak ada suara yang keluar dari mulutku yang cuma bisa komat-kamit. Namun aku berhasil mengangkat tangan dan menunjuk ke seberang jalan. Kedua temanku segera mengikuti arah yang kutunjuk.
“Ada Son? Pompa bensin?” tanya Andrey heran.
“Bensinnya sudah diisi koq!”
“Las.. Lasm.. mini!”
Akhirnya nama itu meluncur juga dari mulutku meski terucap amat perlahan.
“Mana?” Erik ikut melihat ke seberang jalan.
“Itu!” jariku tetap menunjuk ke seberang jalan sebab Lasmini memang masih berdiri tegak di sana dengan masih menggunakan pakaian kerajaan kuno.
Dia memang cantik sekali bagai dewi dari kahyangan. Mungkin bila dia ikut pemilihan “Miss Universe” dia akan keluar sebagai juara. Lalu, dia kini melambai-lambaikan tangan ke arahku. Namun kedua rekanku tetap saja menyatakan tidak melihat siapa-siapa. Meski aku ketakutan setengah mati, kedua rekanku santai-santai saja. Andrey segera menstater mobil meluncur kembali di jalan raya dengan cepatnya.
Mataku tak lepas memandangi Lasmini yang masih berdiri disana sambil melambaikan tangan. aku sampai membalikkan tubuh dan memandangnya terus sampai hilang di kejauhan. Aku tidak pura-pura, tidak mengada-ada. Yang kulihat itu benar-benar Lasmini, cewek cantik yang dini hari tadi bercinta denganku! Semua tak percaya, tetapi itulah yang kualami dan Tuhan pasti tahu apa yang sebenarnya terjadi! Oh.. nasibku.ey dan Erik.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments