Posted by : Unknown
Sunday, November 22, 2015
Poker Online - Cerita Sex Becek Memek Dinda - Sudah setengah jam ini suara dengusan nafas yang memburu dan lenguhan penuh birahi terdengar sayup-sayup dari sebuah kamar kos di bilangan Jakarta Selatan. Suaranya tentu saja lebih heboh dan tidak beraturan bila di dalam ruangannya sendiri.Arif sedang nafsu-nafsunya menggenjot Dinda, anak Psikologi semester 5, dengan posisi Missionaris. Tangan kiri Arif menjambak rambut Dinda, tangan kanannya sibuk meremas tak karuan toked Dinda yang bulat kencang, dengan pinggul sibuk menggenjot naik turun.
"Aahh.. ahh... egghh.. Thann.. janghan kenceng-kenceng ngocoknyaaa... Aku.. aku.. jadi mau kluarr lagiiii...." rengek Dinda yang sudah kelelahan.
Tapi, Arif malah memutar-mutar pantatnya sehingga batang kontholnya semakin ganas mengobel-ngobel mhemek sempit si Dinda.
"Akh.. mhemek lo masih ngremes-ngremes konthol aku gini kok.
Poker Online - Cerita Sex Becek Memek Dinda - Nih.. rasainn.." tukas Arif. Benar saja, tak sampai semenit Dinda sudah merasakan sensasi gatal mau meledak di sekujur selangkangannya.
Sambil memeluk erat (plus cakaran di punggung), lenguhan klimaks Dinda terdengan:
"MMMHHHHH... HUUAGGHHH...EUUHHHH... FUCCKK...". Dinda kelonjotan, kepalanya mendongak, seluruh tubuhnya menegang karena sensasi kenikmatan yang membanjiri.
"Gimana rasanya keluar yang ke-5 ini De?" tanya Arif iseng.
Masih megap-megap, Dinda nyahut "Setan lo. Gila, gw sampai melengkung gara-gara orgasme".
"Tapi enak kan.. hehehe" balas Arif.
"Iya sih" kata Dinda dalam hati.
Tiba-tiba si Dinda sadar sesuatu. Benda yang tebal besar masih mengganjal dalam mhemeknya.
"Eh, Than, lo blum kluar ya?" tanya Dinda khawatir.
"Dikit lagi ya Yang" ujar Arif sambil mulai mengeluar-masukkan kontholnya.
"Hiya.. cepetan than" desah Dinda lemas. Arif memutar tubuh Dinda, menginginkan posisi semi Doggy. Sambil memeluk guling, Dinda mengangkat pantatnya yang bulat tinggi-tinggi sambil membuka pahanya lebar-lebar.
Cengiran lebar Arif muncul, melihat posisi yang konak habis. Mhemek Dinda sudah basah kuyup dan warna pink-nya semakin semburat. Tanpa tedeng aling-aling, Arif langsung membenamkan 3/4 kontholnya dan langsung masuk RPM tinggi.
SLEP..SLEP..SLEP.. suara kecipak cairan birahi mhemek Dinda hanya ditutupi oleh lenguhan Dinda yang birahinya naik lagi
"Mulut aja lo ngomong cukup-cukup. Tapi kalo gw enthot, tetep aja lo demen" ejek Arif.
Tapi, gerakan genjotan Arif sendiri semakin cepat dan tak karuan. Ujung pal-konnya sudah berdenyut-denyut. Sensasi gatal yang menuntut untuk di'garuk' semakin memuncak.
"Hh..hhh...hahh...." dengus Arif yang semakin bernafsu. "Thannn.. jangan di dalem keluarrnyaaa..." rengekan desperate Dinda terdengar.
Tapi, Dinda sendiri sebenarnya sadar kalo si Arif pasti akan ngeluarin di dalam. Ga ada tanda-tanda dia bakal nyabut kontholnya. Dinda merasakan konthol yang semakin membengkak di dalam mhemeknya. Membuat Dinda semakin blingsatan dan mau orgasme lagi.
"HIIAAHHHH......AUUUUUUUUHHHHHHHHHHH..." jeritan klimaks Dinda membahana. Arif juga tidak mau kalah. Sambil meremas kuat-kuat pantat Dinda, Arif menancapkan dalam-dalam kontholnya untuk membanjiri mhemek Dinda dengan pejunya.
"HUAHHH... ENNAKKKNYAA..." lenguh Arif penuh kepuasan. Tulang-belulang serasa diloloskan dan lemas. Tapi, puasss. Setelah itu, Arif langsung menindih tubuh Dinda yang banjir keringat (dan banjir peju tentunya).
Berbisik di telinga Dinda "Gila, emang mantep banget ngenthot same elu pagi-pagi gini Dinda". Dinda cuma tersipu, tapi membales dengan agak ketus "Iya, tapi aku harus minum pil KB lagi. Males tau". "Hehehe.. ahh kan ga sebanding dg nikmatnya.
Eh, Aku cabut dulu ya. Ada kuliah sejam lagi" kata Arif. Tapi Dinda tidak membalas, karena sudah jatuh tertidur. Lemesss... Sambil-sambil cengar-cengir puas, Arif mandi dan bersiap-siap cabut dari kos Dinda.
Sebelum berangkat, Arif menikmati pemandangan tubuh bugil Dinda yang tertidur pulas. Dinda anak Bogor dengan tubuh cukup mungil (cuma 158cm tingginya), tapi punya pantat bulat dan kencang.
Tokednya yang kencang dan bulat (34B), terlihat besar karena tubuhnya yang mungil. "Lumayanlah.. Gratis ini" batin Arif. Dan meluncurlah Arif ke kampusnya di kisaran Jakarta Selatan juga.
Nafsu sudah tersalurkan, badan bersih habis mandi, pikiran Arif jernih dan rasanya siap hadapi kuliah Pak Marto. Jalanan Jakarta pukul 9 sudah macet.
Tapi, Arif tenang saja karena kuliahnya baru mulai jam 10. Paling jam 9.45 sudah sampai. Masih sempat kongkow-kongkow dulu di kantin. Kali-kali ada cewek bening yang nyantol wkwkwkwk. Kampus S sudah ramai.
Berbagai macam mahasiwa dan mahasiswi sibuk berkeliaran di koridor atau berkumpul duduk-duduk di plasa. Mata Arif cepat menyisiri areal kampus, mencari-cari teman-temannya.
"Yeh, itu dia anak-anak kampret" batin Arif sambil berjalan cepat ke pojok plasa. Roy yang melihat si Arif menghampiri, langsung bangkit dan menonjok Arif. Sambil memiting leher Arif, Roy berbisik.
"Setan kampret! Lo habis garap si Dinda anak psikologi kan? Aku liat lo semalem di Kemang".
Senyum tulus Arif langsung terbit "Eh, kok lo tau. Cuma sekali semalem, sekali lagi paginya kok. Dan gw jamin, dienya puas.
Lo tenang aja sob." imbuh Arif. Jepitan Roy semakin keras "Bukan itu maksud aku buduk! Aku juga ngincer diaaa..!" Mimik memelas Arif langsung muncul "Aduh sory SOb. Aku betul-betul ga tau.
Lagian ini semua salah si Dinda. Ngapain pake tank top pas minta temenin Aku nyari buku kemarin. Ya mana tahan aku."
Roy jelas-jelas tidak terima dengan penjelasan Arif yang tidak bertanggung jawab "Pokoknya, ntar sore lo harus makcomblangin gw ama die.
Aku udah pengen ngremes bokongnya dari kapan tau." Demi menyelamatkan kepalanya, Arif dengan suka cita menyetujui permintaan Roy.
Begitu Arif setuju, cengir lebar Roy langsung muncul. "Jago ga dia,? Males aku kalo masih amatir" tanya Roy antusias.
"Lumayan Sob. There're still room for improvement. But overall, she's GOOD!" balas Arif sambil acungin jempol.
Sambil terkekeh-kekeh penuh aura mesum, kedua penjahat kelamin itu melangkah menuju kelas, karena Pak Marto sudah terlihat di ambang pintu.
Setelah 1 mata kuliah lainnya yang selesai pukul 4 sore, Arif & Roy berjalan cepat penuh nafsu (Roy aja sih. Arif sedikit kurang termotivasi jalan ke Fak Psikologi karena kurangnya insentif buat dirinya).
Di koridor menuju areal parkir mereka berpapasan dengan cewek berambut pendek brunette yang sexy. "Hai Vani.." sapa Arif berusaha semanis mungkin. Tapi, tetap dengan nuansa mesum.
Vani yang hari itu memakai halter neck ungu tanpa lengan dengan celana jeans skinny gelap sehingga pantatnya yang montok tercetak jelas malah hanya meleletkan lidah ke arah Arif sambil berlalu cuek (siapakah Vani? Baca yang disini ya).
"Wuiihh... Than, lo lihat ga? Perasaan tokednya Vani makin gede aja. Aduuhh.. aku mau bayar berapa aja biar bisa ngremesin tu melon" ratap Roy penuh harap sambil terus memandangi pantat Vani yang megal-megol menjauh.
"Emang mantep & kenyal banget toked tuh anak" ujar Arif. Si Roy langsung memandang Arif tajam "Kaya lo pernah megang aja.
Aku aja ditolak dengan sukses pas ngajak di nge-date. Aku bayarin lo full time kalo lo bisa bawa Vani ke tempat tidur" tantang Roy.
Arif langsung semangat "Bener ya? Awas lo, jangan kabur lo ya".
"IYA. Roy ga pernah ingkar janji kecuali ke cewek" balas Roy dengan jantannya. Arif cengar-cengir senang. Dia ga pernah cerita ke Roy storynya dengan Vani.
Walau dalam hati Arif agak ga yakin gimana caranya ngajak Vani ngenthot lagi. Sejak itu si Vani jaga jarak dan sok cool gitu kepada Arif. "Ya udahlah. Dipikir nanti aja. Sekarang beresin urusan si kupret satu ini dulu dengan Dinda" batin Arif.
Di Fak Psikologi suasana sudah mulai lengang. Cuma ada beberapa mahasiswa-mahasiswi yang berkeliaran untuk ikut kuliah terakhir hari itu. Tiba-tiba terdengar teriakan manis memanggil Arif "Ethaannnnn....".
Sesosok cewek manis berlari kecil menuju Arif & Roy. Melihat Dinda datang, Roy langsung meremas tangan Arif kuat-kuat. Yang ditepiskan dengan kasar oleh Arif. "Ngehek. Apa pikiran orang kalo lihat dua cowok tinggi besar pegang-pegangan tangan di tempat umum?" bisik Arif.
Begitu menemui Arif, Dinda langsung dengan centilnya menggandeng tangan Arif.
"Jadi kan temenin aku Supermarket?" tanya Dinda. Sikutan keras terasa di rusuk Arif. Arif langsung tanggap "Wah sory Dinda. Aku ga bisa.
Mendadak bokap minta dianterin ke Bintaro. Sory banget ya." Dinda langsung cemberut "Yahhh, kok gitu sih lo".
"Tapi tenang neng... Temen aku yang ganteng ini bersedia untuk nganterin" ujar Arif cepat-cepat sambil menepuk-nepuk bahu Roy.
"Ya udahlah" terima Dinda pasrah. Roy hampir melonjak kegirangan.
"Tapi awas kalo lo coba-coba ngajak aku ke tempat tidur" ancam Dinda ke Roy.
"Eh.. nggak lah" jawab Roy salah tingkah dan bingung (Lah rugi dong aku, kali pikir si Roy). Dinda ngomong lagi "Eh, tapi anterin aku balik kelas bentar ya. Ada yang mo aku ambil".
Mereka bertiga beriringan menuju kelas Dinda.
Di kelas, Dinda langsung menghampiri seorang cewek yang masih sibuk dengan HPnya. Mata Arif & Roy langsung membesar melihat itu cewek. "Buseeettt.... hot juga yaa..." pikir mereka berdua dengan sinkronnya.
Dengan berlari centil, kedua cowok mesum ini langsung menghampiri Dinda dan temannya. "Don, ini aku kenalin sama Arif & Roy.
"Hai Donna" sapa Arif & Roy kompak. Donna memang one hell of a equipment. Ketika Donna berdiri untuk menyalami kedua mahkluk menyedihkan itu, Arif bisa menikmati seluruh lekuk tubuhnya.
Dengan tinggi hampir 175cm, tubuhnya yang berlekuk indah jadi makin menawan. "Hmm bodynya OK banget. Tokednya paling 34-an. Tapi, kelihatannya mancung" terawang Arif sambil curi-curi pandang ke toked Donna yang tidak terlalu jelas terlihat karena Donna menggunakan kemeja putih agak longgar lengan panjang yg dilipat sampai ke siku.
Wajah oval Donna lebih ke manis dan menyenangkan, timbang dibilang cantik. "Tapi, dengan body se-hot , tampang udah jadi no3" batin Arif. Suara Dinda membuyarkan pikiran mesum Arif.
“Don, kita perginya jadinya sama si Roy. Arif ada urusan sama bokapnya di Bintaro”.
“O gitu. Yaudah, bisa kita pergi sekarang” Tanya Donna.
“Eh, Donna juga ikut?” Tanya Arif kaget. “Iya. Nyesel sekarang lo batal antar aku?” sepet Dinda pedes. “Agak sih” kata Arif polos.
Donna tertawa kecil mendengarnya. “Aduuhh.. jadi tambah nggemesin ni anak kalo ketawa” batin Arif.
“Tapi tengsin aku kalo narik kata-kata aku. Lagian ga enak sama si Roy. Moga-moga aja si Donna ga tergoda threesome sama kupret ini” doa Arif dalam hati. Mereka pun berpisah.
Arif menyetir mobilnya santai menuju kostnya di daerah Cilandak. Walopun bonyok anak ini tinggal di Jakarta juga, sejak kuliah Arif sudah ngekost. Bonyoknya juga tidak mempermasalahkan. Toh kalo kehabisan duit ni anak juga pulang, pikir mereka.
Lagian mereka juga sebel liatin tingkah Arif nyelundupin cewek-cewek ke kamarnya. Dipikir kita-kita ga tu kali ya, pikir bonyoknya. Jadilah Arif ngekost, pisah tinggal dari bonyoknya.
Everybody happy. Mampir warung padang untuk makan, 45 menit kemudian Arif sudah di jalanan lagi. Tiba-tiba HP Arif berdering. Nyokapnya telepon. “Than, mampir ke Ace hardware dong. Beliin mama curtain showare yang baru.
Plus Selang semprotan buat toilet juga. Yang warna.hitam ya selangnya, biar matching sama toiletnya” ujar Mamanya Arif genit
“Lha, napa ga minta pak Sudin aja Ma yang beli” Arif menyebut nama sopir keluarga mereka.
“Pak Sudin nganterin Papa ke Bintaro lihat ruko yang mau dijual itu”.
“Eh kok bisa pas ya Papa ke Bintaro hari ini” Arif ga habis pikir. Berbaliklah mobil Arif menuju Ace Hardware Fatmawati.
Sesampainya di Ace Hardware, Arif langsung naik ke lantai 3 menuju tempat dijualnya peralatan untuk kamar mandi dan toilet.
Tapi di lantai 2, mata & radar Arif yang awas menangkap gerakan mahkluk sexy. “Weh, kayaknya boleh nih. Tapi kok gw kaya kenal nih cewek”pikir Arif sambil berjalan menghampiri seorang cewek yang sedang melihat-lihat lampu duduk.
Lho, Donna. Ngapain lo disini? Bukannya mo ke Carrefour?” Tanya Arif surprise. Donna agak kaget, tapi senyumnya langsung mengembang melihat Arif (pada saat yang sama konthol Arif juga mulai mengembang).
“Udah tadi. Sekarang aku lagi nyari lampu hias buat di rumah. Nyokap nyuruh. Dinda juga lagi nyari kursi malas kecil buat di kost” kata Donna ramah. Arif tidak berkedip memandang bibir Donna yang penuh dan sensual, yang menelurkan kata demi kata dengan indahnya.
“Aduhh, bisa ga ya aku nidurin si Donna” harap Arif sepenuh hati dan sepenuh konthol. Akhirnya Arif menemani Donna memilih-milih lampu, kemudian mereka berdua menuju bagian peratalan mandi. Sepanjang waktu itu Arif mulai menebarkan jurus-jurus andalannya agar si Donna terpikat.
Tapi, Arif merasa Donna masih anteng-anteng aja. Tiba-tiba ucapan Donna berikutnya mengagetkan Arif “Than, lo aja yang nganterin aku pulang ya”.
“Lah, emang napa sama si Roy & Dinda” Tanya Arif antusias (yang masih berusaha ditutup-tutupi ambisinya).
“Lo liat aja sendiri deh” kata Donna sambil menarik tangan Arif ke pojok lantai 2 yang sepi. “Waow.. waow.. agresif juga ne cewek” sorak Arif dalam hati.
Dipojokan rak-rak yang tinggi, Arif baru sadar makna ucapan Donna. Di situ Arif melihat si Dinda bergelayutan ke lengan Roy. Sedang tangan Roy dengan aktifnya meremas-remas pantat sekal si Dinda.
Bahkan kadang-kadang jari tengahnya kaya menekan-nekan di area lubang pantatnya. Membuat Dinda menggelinjang-gelinjang dan membalas dengan gigitan kecil ke lengan Roy.
“Busyet. Jago amat si Roy. Ilmunya naek setingkat lagi neh. Dulu butuh minimal 2 hari buat nidurin cewek. Sekarang itungin jam, udah bisa remes-remes bokong. Kampret! Aku jadi makin konak neh” runtuk Arif dalam hati. “Ya gitu itu.
Mereka bedua udah kaya gitu semenjak di Carrefour” ucap Donna agak sebel. “Bentar lagi aku rasa kepala si Roy udah nyusup ke selangkangan si Dinda” analisis Arif dengan tajam.
“Hihihi.. aku setuju Than” balas Donna terkikik kecil.
“Eh, tadi mukanya agak merah ya si Donna?” harap Arif. Arif mendekati kedua pasangan yang sedang di mabuk birahi itu. Kemudian dengan kasarnya ditaboknya si Roy.
“Woi, cari kamar napa?” sentak Arif. Gelagepan si Roy dan Dinda cepat-cepat ambil jarak. “Anjrit lo Than! Ngagetin aja” tukas Roy yang lega cuma Arif yang nge-gap tingkah mereka. Dinda juga membalas dengan menghadiahi Arif cubitan bertubi-tubi.
Donna langsung berkata “De, aku pulang bareng Arif ya. Kasian kalo Roy nganter aku dulu. Kan muter lagi arahnya ke kos lo”.
“Ya udahlah kalo gitu. Sorry ya Don”. Kemudian Dinda berpaling ke Arif “Lo gapapa kan nganter Donna? Eh, btw ngapain lo dimari?” Tanya Dinda curiga.
“Nyokap minta dibeliin curtain shower” jawab Arif cepat. Selanjutnya mereka berempat langsung menuju kasir dan setelahnya langsung bergegas ke mobil masing-masing. Cerita Bokep ABG
“Asyiikkk… Aku punya kesempatan untuk deketin Donna. Kalo emang jodoh, ga akan kemana hihihihi” pikir Arif bahagia. Tapi, baru aja mau memundurkan mobil, Roy tiba-tiba menggedor jendela Arif.
”Sob, sorry banget. Lo keliatannya harus nganterin kita bertiga deh. Boil aku mogok” kata Roy tanpa beban. “Bangsat lo Roy” desis Arif kesal setengah konak.
“Tunggu 15 menit ya, sampe derek bengkel aku datang” tambah Roy. 20 menit kemudian mobil Arif baru meluncur keluar dari Ace Hardware. Tampang Arif tertekuk. Buyar sudah semua rencananya. Mana kedua mahkluk itu terkikik-kikik mesum di jok belakang.
Bikin Arif ga tahan bolak-balik noleh belakang. “Buseett.. udah mulai cipokan aja” runtuk Arif. Di jok belakang, Roy sudah mulai gencar menyerang pertahanan Dinda, yang memang ga bikin pertahanan sama sekali. Bibir Roy yang agak tebal sudah melumat bibir mungil Dinda.
Kadang Roy menggigit-gigit kecil bibir bawah Dinda sehingga membuat Dinda terkikik-kikik. Tangan kiri Roy sudah masuk dari bawah t-shirt Dinda dan sibuk meremas-remas toked Dinda yang bulat kencang itu.
Tawa kecil Dinda berubah menjadi dengusan nafas yang memburu, ketika Roy mulai memilin-milin puting Dinda sambil menjilati lehernya.
“Woe, lo bedua bisa ga nahan sampe kos dulu?” Tanya Arif tanpa harapan.
“Udeh lo nyetir aja Pir. Jangan pikirin kita bedua. “ jawab Roy seenaknya.
“Iyaah nih Arif rese. Hhhhh.. uhhh” tambah Dinda disela-sela desahannya.
“Don, lo servis Arif napa..ehh..ahhh..” kata Dinda lagi.
Semburat merah muncul di wajah Donna. “Enak aja lo ngomong” jawab Donna agak tengsin. Tapi, Arif yakin, pas ngomong gitu si Donna ngelirik dirinya (tapi memang dasarnya nih orang super PD). Ketika Arif menoleh ke arah Donna,
Donna langsung berkata tegas “Ga usah mikir macem-macem lo ya!” “Eh nggak kok Don. Aku Cuma mikir gimana caranya biar cepet sampe dan cepet lepas dari kedua mahkluk konak di belakang” jawab Arif innocent.
“Iya nih. Dasar Dinda geblek” runtuk Donna sambil memanyunkan bibirnya.
Tapi situasi di jok belakang semakin tidak terkendali. Desahan Dinda sudah berubah mejadi lenguhan liar. Arif & Donna juga sudah mulai mendengar bunyi berkecipakan becek.
Slep.. slep.. slep… “Auuhhhh… huaahhhhh.. ahhhhh.. ahhhh…” lenguh Dinda yang keenakan mhemeknya dikocok oleh Roy.
Tangan Roy yang sudah menyelusup ke dalam celana Dinda, dengan aktif jari tengah & telunjuknya mengobel-ngobel mhemek Dinda yang rapat dan becek. Tendangan Dinda tiba-tiba menghentak jok Arif ketika orgasmenya meledak.
“EAAHHHHHHH… AGGHHHHHH…. AKU KELUARRRR…!!!” jerit Dinda penuh kepuasan. Cengiran lebar menghiasi wajah Roy.
“Bangsat lo bedua. Udah sampe neh. Sana keluar dari mobil aku. Sekaraangg..!!! Bentak Arif. Cepat-cepat Dinda & Roy merapikan pakaian masing-masing dan keluar dari mobil Arif.
Cengiran lebar keduanya mengiringi langkah mereka menuju kamar kos Dinda untuk menuntaskan apa yang mereka sudah mulai.
Selama 10 menit Arif dan Donna diam saja. Arif bingung mau mulai speak-speak dari mana, karena tingkah Roy-Dinda tadi merusak semua scenario yang sudah disusunnya.
Donna juga keliatan masih agak jengah. Jadi Arif menyalakan radio. Mendengar lagu-lagu yang keluar, si Donna jadi keliatan lebih relaks. Mereka mulai membicarakan lagu-lagu yang sedang dimainkan.
Tapi, ketika penyiar radionya mulai bicara, topiknya ternyata tentang seksologi; tepatnya tentang multi orgasme pada wanita, Arif jadi panik lagi.
Takut mood Donna jadi rusak. Arif sudah mau pindahkan gelombang, ketika tiba-tiba Donna berkata
“Emang ada ya cewe yang bisa orgasme sampe berkali-kali?” Arif yang masih agak kaget akan pertanyaan tersebut butuh 3 detik untuk bisa menjawab
“Seingat aku, sebagian besar cewek yang aku kenal kalo orgasme lebih dari 2 kali.
Termasuk multi kan tuh”.
“Maksud lo cewek yang pernah lo tiduri?” tukas Donna tangkas.
“He-eh, iya. Gitu deh” jawab Arif agak tersipu-sipu.
“Lah, emang kalo elo nge-sex sama cowo lo biasanya orgasme berapa kali” Tanya Arif polos.
Dengan agak malu-malu Donna menjawab “Satu kali lah. Biasanya hampir barengan ama cowo aku. “Lah emang pas foreplay ga orgasme?” Tanya Arif lagi.
“Foreplay kan cuma bentar, gimana bisa orgasme aku” tandas Donna heran. “Berarti bokin lo yang kurang sabar nggarap lo di foreplay-nya.
Pengen cepet-cepet nancepin batangnya” jawab Arif. “Lah, lo liat tadi, si Dinda dikobel-kobel sama si Roy hampir 10 menit kan. Makanya tadi bisa sampe keluar gitu.
Pake acara nendang jok aku segala pula” kata Arif masih agak seVan. “Bener juga ya. Aku ga pernah mikir sampe situ. Iihhhh.. jadi horny nih” batin Donna.
Mendengar jawaban dan melihat reaksi Donna, Arif langsung paham kalo nih cewek pengalaman seksnya masih kurang. Atau paling nggak partner sexnya selama ini pada kurang jago.
Jadinya dia belum mengeksplore seluruh potensi seksnya.”Hihihihi.. pasti bisa aku enthot si Donna” pikir Arif dengan bahagianya.
"Aahh.. ahh... egghh.. Thann.. janghan kenceng-kenceng ngocoknyaaa... Aku.. aku.. jadi mau kluarr lagiiii...." rengek Dinda yang sudah kelelahan.
Tapi, Arif malah memutar-mutar pantatnya sehingga batang kontholnya semakin ganas mengobel-ngobel mhemek sempit si Dinda.
"Akh.. mhemek lo masih ngremes-ngremes konthol aku gini kok.
Poker Online - Cerita Sex Becek Memek Dinda - Nih.. rasainn.." tukas Arif. Benar saja, tak sampai semenit Dinda sudah merasakan sensasi gatal mau meledak di sekujur selangkangannya.
Sambil memeluk erat (plus cakaran di punggung), lenguhan klimaks Dinda terdengan:
"MMMHHHHH... HUUAGGHHH...EUUHHHH... FUCCKK...". Dinda kelonjotan, kepalanya mendongak, seluruh tubuhnya menegang karena sensasi kenikmatan yang membanjiri.
"Gimana rasanya keluar yang ke-5 ini De?" tanya Arif iseng.
Masih megap-megap, Dinda nyahut "Setan lo. Gila, gw sampai melengkung gara-gara orgasme".
"Tapi enak kan.. hehehe" balas Arif.
"Iya sih" kata Dinda dalam hati.
Tiba-tiba si Dinda sadar sesuatu. Benda yang tebal besar masih mengganjal dalam mhemeknya.
"Eh, Than, lo blum kluar ya?" tanya Dinda khawatir.
"Dikit lagi ya Yang" ujar Arif sambil mulai mengeluar-masukkan kontholnya.
"Hiya.. cepetan than" desah Dinda lemas. Arif memutar tubuh Dinda, menginginkan posisi semi Doggy. Sambil memeluk guling, Dinda mengangkat pantatnya yang bulat tinggi-tinggi sambil membuka pahanya lebar-lebar.
Cengiran lebar Arif muncul, melihat posisi yang konak habis. Mhemek Dinda sudah basah kuyup dan warna pink-nya semakin semburat. Tanpa tedeng aling-aling, Arif langsung membenamkan 3/4 kontholnya dan langsung masuk RPM tinggi.
SLEP..SLEP..SLEP.. suara kecipak cairan birahi mhemek Dinda hanya ditutupi oleh lenguhan Dinda yang birahinya naik lagi
"Mulut aja lo ngomong cukup-cukup. Tapi kalo gw enthot, tetep aja lo demen" ejek Arif.
Tapi, gerakan genjotan Arif sendiri semakin cepat dan tak karuan. Ujung pal-konnya sudah berdenyut-denyut. Sensasi gatal yang menuntut untuk di'garuk' semakin memuncak.
"Hh..hhh...hahh...." dengus Arif yang semakin bernafsu. "Thannn.. jangan di dalem keluarrnyaaa..." rengekan desperate Dinda terdengar.
Tapi, Dinda sendiri sebenarnya sadar kalo si Arif pasti akan ngeluarin di dalam. Ga ada tanda-tanda dia bakal nyabut kontholnya. Dinda merasakan konthol yang semakin membengkak di dalam mhemeknya. Membuat Dinda semakin blingsatan dan mau orgasme lagi.
"HIIAAHHHH......AUUUUUUUUHHHHHHHHHHH..." jeritan klimaks Dinda membahana. Arif juga tidak mau kalah. Sambil meremas kuat-kuat pantat Dinda, Arif menancapkan dalam-dalam kontholnya untuk membanjiri mhemek Dinda dengan pejunya.
"HUAHHH... ENNAKKKNYAA..." lenguh Arif penuh kepuasan. Tulang-belulang serasa diloloskan dan lemas. Tapi, puasss. Setelah itu, Arif langsung menindih tubuh Dinda yang banjir keringat (dan banjir peju tentunya).
Berbisik di telinga Dinda "Gila, emang mantep banget ngenthot same elu pagi-pagi gini Dinda". Dinda cuma tersipu, tapi membales dengan agak ketus "Iya, tapi aku harus minum pil KB lagi. Males tau". "Hehehe.. ahh kan ga sebanding dg nikmatnya.
Eh, Aku cabut dulu ya. Ada kuliah sejam lagi" kata Arif. Tapi Dinda tidak membalas, karena sudah jatuh tertidur. Lemesss... Sambil-sambil cengar-cengir puas, Arif mandi dan bersiap-siap cabut dari kos Dinda.
Sebelum berangkat, Arif menikmati pemandangan tubuh bugil Dinda yang tertidur pulas. Dinda anak Bogor dengan tubuh cukup mungil (cuma 158cm tingginya), tapi punya pantat bulat dan kencang.
Tokednya yang kencang dan bulat (34B), terlihat besar karena tubuhnya yang mungil. "Lumayanlah.. Gratis ini" batin Arif. Dan meluncurlah Arif ke kampusnya di kisaran Jakarta Selatan juga.
Nafsu sudah tersalurkan, badan bersih habis mandi, pikiran Arif jernih dan rasanya siap hadapi kuliah Pak Marto. Jalanan Jakarta pukul 9 sudah macet.
Tapi, Arif tenang saja karena kuliahnya baru mulai jam 10. Paling jam 9.45 sudah sampai. Masih sempat kongkow-kongkow dulu di kantin. Kali-kali ada cewek bening yang nyantol wkwkwkwk. Kampus S sudah ramai.
Berbagai macam mahasiwa dan mahasiswi sibuk berkeliaran di koridor atau berkumpul duduk-duduk di plasa. Mata Arif cepat menyisiri areal kampus, mencari-cari teman-temannya.
"Yeh, itu dia anak-anak kampret" batin Arif sambil berjalan cepat ke pojok plasa. Roy yang melihat si Arif menghampiri, langsung bangkit dan menonjok Arif. Sambil memiting leher Arif, Roy berbisik.
"Setan kampret! Lo habis garap si Dinda anak psikologi kan? Aku liat lo semalem di Kemang".
Senyum tulus Arif langsung terbit "Eh, kok lo tau. Cuma sekali semalem, sekali lagi paginya kok. Dan gw jamin, dienya puas.
Lo tenang aja sob." imbuh Arif. Jepitan Roy semakin keras "Bukan itu maksud aku buduk! Aku juga ngincer diaaa..!" Mimik memelas Arif langsung muncul "Aduh sory SOb. Aku betul-betul ga tau.
Lagian ini semua salah si Dinda. Ngapain pake tank top pas minta temenin Aku nyari buku kemarin. Ya mana tahan aku."
Roy jelas-jelas tidak terima dengan penjelasan Arif yang tidak bertanggung jawab "Pokoknya, ntar sore lo harus makcomblangin gw ama die.
Aku udah pengen ngremes bokongnya dari kapan tau." Demi menyelamatkan kepalanya, Arif dengan suka cita menyetujui permintaan Roy.
Begitu Arif setuju, cengir lebar Roy langsung muncul. "Jago ga dia,? Males aku kalo masih amatir" tanya Roy antusias.
"Lumayan Sob. There're still room for improvement. But overall, she's GOOD!" balas Arif sambil acungin jempol.
Sambil terkekeh-kekeh penuh aura mesum, kedua penjahat kelamin itu melangkah menuju kelas, karena Pak Marto sudah terlihat di ambang pintu.
Setelah 1 mata kuliah lainnya yang selesai pukul 4 sore, Arif & Roy berjalan cepat penuh nafsu (Roy aja sih. Arif sedikit kurang termotivasi jalan ke Fak Psikologi karena kurangnya insentif buat dirinya).
Di koridor menuju areal parkir mereka berpapasan dengan cewek berambut pendek brunette yang sexy. "Hai Vani.." sapa Arif berusaha semanis mungkin. Tapi, tetap dengan nuansa mesum.
Vani yang hari itu memakai halter neck ungu tanpa lengan dengan celana jeans skinny gelap sehingga pantatnya yang montok tercetak jelas malah hanya meleletkan lidah ke arah Arif sambil berlalu cuek (siapakah Vani? Baca yang disini ya).
"Wuiihh... Than, lo lihat ga? Perasaan tokednya Vani makin gede aja. Aduuhh.. aku mau bayar berapa aja biar bisa ngremesin tu melon" ratap Roy penuh harap sambil terus memandangi pantat Vani yang megal-megol menjauh.
"Emang mantep & kenyal banget toked tuh anak" ujar Arif. Si Roy langsung memandang Arif tajam "Kaya lo pernah megang aja.
Aku aja ditolak dengan sukses pas ngajak di nge-date. Aku bayarin lo full time kalo lo bisa bawa Vani ke tempat tidur" tantang Roy.
Arif langsung semangat "Bener ya? Awas lo, jangan kabur lo ya".
"IYA. Roy ga pernah ingkar janji kecuali ke cewek" balas Roy dengan jantannya. Arif cengar-cengir senang. Dia ga pernah cerita ke Roy storynya dengan Vani.
Walau dalam hati Arif agak ga yakin gimana caranya ngajak Vani ngenthot lagi. Sejak itu si Vani jaga jarak dan sok cool gitu kepada Arif. "Ya udahlah. Dipikir nanti aja. Sekarang beresin urusan si kupret satu ini dulu dengan Dinda" batin Arif.
Di Fak Psikologi suasana sudah mulai lengang. Cuma ada beberapa mahasiswa-mahasiswi yang berkeliaran untuk ikut kuliah terakhir hari itu. Tiba-tiba terdengar teriakan manis memanggil Arif "Ethaannnnn....".
Sesosok cewek manis berlari kecil menuju Arif & Roy. Melihat Dinda datang, Roy langsung meremas tangan Arif kuat-kuat. Yang ditepiskan dengan kasar oleh Arif. "Ngehek. Apa pikiran orang kalo lihat dua cowok tinggi besar pegang-pegangan tangan di tempat umum?" bisik Arif.
Begitu menemui Arif, Dinda langsung dengan centilnya menggandeng tangan Arif.
"Jadi kan temenin aku Supermarket?" tanya Dinda. Sikutan keras terasa di rusuk Arif. Arif langsung tanggap "Wah sory Dinda. Aku ga bisa.
Mendadak bokap minta dianterin ke Bintaro. Sory banget ya." Dinda langsung cemberut "Yahhh, kok gitu sih lo".
"Tapi tenang neng... Temen aku yang ganteng ini bersedia untuk nganterin" ujar Arif cepat-cepat sambil menepuk-nepuk bahu Roy.
"Ya udahlah" terima Dinda pasrah. Roy hampir melonjak kegirangan.
"Tapi awas kalo lo coba-coba ngajak aku ke tempat tidur" ancam Dinda ke Roy.
"Eh.. nggak lah" jawab Roy salah tingkah dan bingung (Lah rugi dong aku, kali pikir si Roy). Dinda ngomong lagi "Eh, tapi anterin aku balik kelas bentar ya. Ada yang mo aku ambil".
Mereka bertiga beriringan menuju kelas Dinda.
Di kelas, Dinda langsung menghampiri seorang cewek yang masih sibuk dengan HPnya. Mata Arif & Roy langsung membesar melihat itu cewek. "Buseeettt.... hot juga yaa..." pikir mereka berdua dengan sinkronnya.
Dengan berlari centil, kedua cowok mesum ini langsung menghampiri Dinda dan temannya. "Don, ini aku kenalin sama Arif & Roy.
"Hai Donna" sapa Arif & Roy kompak. Donna memang one hell of a equipment. Ketika Donna berdiri untuk menyalami kedua mahkluk menyedihkan itu, Arif bisa menikmati seluruh lekuk tubuhnya.
Dengan tinggi hampir 175cm, tubuhnya yang berlekuk indah jadi makin menawan. "Hmm bodynya OK banget. Tokednya paling 34-an. Tapi, kelihatannya mancung" terawang Arif sambil curi-curi pandang ke toked Donna yang tidak terlalu jelas terlihat karena Donna menggunakan kemeja putih agak longgar lengan panjang yg dilipat sampai ke siku.
Wajah oval Donna lebih ke manis dan menyenangkan, timbang dibilang cantik. "Tapi, dengan body se-hot , tampang udah jadi no3" batin Arif. Suara Dinda membuyarkan pikiran mesum Arif.
“Don, kita perginya jadinya sama si Roy. Arif ada urusan sama bokapnya di Bintaro”.
“O gitu. Yaudah, bisa kita pergi sekarang” Tanya Donna.
“Eh, Donna juga ikut?” Tanya Arif kaget. “Iya. Nyesel sekarang lo batal antar aku?” sepet Dinda pedes. “Agak sih” kata Arif polos.
Donna tertawa kecil mendengarnya. “Aduuhh.. jadi tambah nggemesin ni anak kalo ketawa” batin Arif.
“Tapi tengsin aku kalo narik kata-kata aku. Lagian ga enak sama si Roy. Moga-moga aja si Donna ga tergoda threesome sama kupret ini” doa Arif dalam hati. Mereka pun berpisah.
Arif menyetir mobilnya santai menuju kostnya di daerah Cilandak. Walopun bonyok anak ini tinggal di Jakarta juga, sejak kuliah Arif sudah ngekost. Bonyoknya juga tidak mempermasalahkan. Toh kalo kehabisan duit ni anak juga pulang, pikir mereka.
Lagian mereka juga sebel liatin tingkah Arif nyelundupin cewek-cewek ke kamarnya. Dipikir kita-kita ga tu kali ya, pikir bonyoknya. Jadilah Arif ngekost, pisah tinggal dari bonyoknya.
Everybody happy. Mampir warung padang untuk makan, 45 menit kemudian Arif sudah di jalanan lagi. Tiba-tiba HP Arif berdering. Nyokapnya telepon. “Than, mampir ke Ace hardware dong. Beliin mama curtain showare yang baru.
Plus Selang semprotan buat toilet juga. Yang warna.hitam ya selangnya, biar matching sama toiletnya” ujar Mamanya Arif genit
“Lha, napa ga minta pak Sudin aja Ma yang beli” Arif menyebut nama sopir keluarga mereka.
“Pak Sudin nganterin Papa ke Bintaro lihat ruko yang mau dijual itu”.
“Eh kok bisa pas ya Papa ke Bintaro hari ini” Arif ga habis pikir. Berbaliklah mobil Arif menuju Ace Hardware Fatmawati.
Sesampainya di Ace Hardware, Arif langsung naik ke lantai 3 menuju tempat dijualnya peralatan untuk kamar mandi dan toilet.
Tapi di lantai 2, mata & radar Arif yang awas menangkap gerakan mahkluk sexy. “Weh, kayaknya boleh nih. Tapi kok gw kaya kenal nih cewek”pikir Arif sambil berjalan menghampiri seorang cewek yang sedang melihat-lihat lampu duduk.
Lho, Donna. Ngapain lo disini? Bukannya mo ke Carrefour?” Tanya Arif surprise. Donna agak kaget, tapi senyumnya langsung mengembang melihat Arif (pada saat yang sama konthol Arif juga mulai mengembang).
“Udah tadi. Sekarang aku lagi nyari lampu hias buat di rumah. Nyokap nyuruh. Dinda juga lagi nyari kursi malas kecil buat di kost” kata Donna ramah. Arif tidak berkedip memandang bibir Donna yang penuh dan sensual, yang menelurkan kata demi kata dengan indahnya.
“Aduhh, bisa ga ya aku nidurin si Donna” harap Arif sepenuh hati dan sepenuh konthol. Akhirnya Arif menemani Donna memilih-milih lampu, kemudian mereka berdua menuju bagian peratalan mandi. Sepanjang waktu itu Arif mulai menebarkan jurus-jurus andalannya agar si Donna terpikat.
Tapi, Arif merasa Donna masih anteng-anteng aja. Tiba-tiba ucapan Donna berikutnya mengagetkan Arif “Than, lo aja yang nganterin aku pulang ya”.
“Lah, emang napa sama si Roy & Dinda” Tanya Arif antusias (yang masih berusaha ditutup-tutupi ambisinya).
“Lo liat aja sendiri deh” kata Donna sambil menarik tangan Arif ke pojok lantai 2 yang sepi. “Waow.. waow.. agresif juga ne cewek” sorak Arif dalam hati.
Dipojokan rak-rak yang tinggi, Arif baru sadar makna ucapan Donna. Di situ Arif melihat si Dinda bergelayutan ke lengan Roy. Sedang tangan Roy dengan aktifnya meremas-remas pantat sekal si Dinda.
Bahkan kadang-kadang jari tengahnya kaya menekan-nekan di area lubang pantatnya. Membuat Dinda menggelinjang-gelinjang dan membalas dengan gigitan kecil ke lengan Roy.
“Busyet. Jago amat si Roy. Ilmunya naek setingkat lagi neh. Dulu butuh minimal 2 hari buat nidurin cewek. Sekarang itungin jam, udah bisa remes-remes bokong. Kampret! Aku jadi makin konak neh” runtuk Arif dalam hati. “Ya gitu itu.
Mereka bedua udah kaya gitu semenjak di Carrefour” ucap Donna agak sebel. “Bentar lagi aku rasa kepala si Roy udah nyusup ke selangkangan si Dinda” analisis Arif dengan tajam.
“Hihihi.. aku setuju Than” balas Donna terkikik kecil.
“Eh, tadi mukanya agak merah ya si Donna?” harap Arif. Arif mendekati kedua pasangan yang sedang di mabuk birahi itu. Kemudian dengan kasarnya ditaboknya si Roy.
“Woi, cari kamar napa?” sentak Arif. Gelagepan si Roy dan Dinda cepat-cepat ambil jarak. “Anjrit lo Than! Ngagetin aja” tukas Roy yang lega cuma Arif yang nge-gap tingkah mereka. Dinda juga membalas dengan menghadiahi Arif cubitan bertubi-tubi.
Donna langsung berkata “De, aku pulang bareng Arif ya. Kasian kalo Roy nganter aku dulu. Kan muter lagi arahnya ke kos lo”.
“Ya udahlah kalo gitu. Sorry ya Don”. Kemudian Dinda berpaling ke Arif “Lo gapapa kan nganter Donna? Eh, btw ngapain lo dimari?” Tanya Dinda curiga.
“Nyokap minta dibeliin curtain shower” jawab Arif cepat. Selanjutnya mereka berempat langsung menuju kasir dan setelahnya langsung bergegas ke mobil masing-masing. Cerita Bokep ABG
“Asyiikkk… Aku punya kesempatan untuk deketin Donna. Kalo emang jodoh, ga akan kemana hihihihi” pikir Arif bahagia. Tapi, baru aja mau memundurkan mobil, Roy tiba-tiba menggedor jendela Arif.
”Sob, sorry banget. Lo keliatannya harus nganterin kita bertiga deh. Boil aku mogok” kata Roy tanpa beban. “Bangsat lo Roy” desis Arif kesal setengah konak.
“Tunggu 15 menit ya, sampe derek bengkel aku datang” tambah Roy. 20 menit kemudian mobil Arif baru meluncur keluar dari Ace Hardware. Tampang Arif tertekuk. Buyar sudah semua rencananya. Mana kedua mahkluk itu terkikik-kikik mesum di jok belakang.
Bikin Arif ga tahan bolak-balik noleh belakang. “Buseett.. udah mulai cipokan aja” runtuk Arif. Di jok belakang, Roy sudah mulai gencar menyerang pertahanan Dinda, yang memang ga bikin pertahanan sama sekali. Bibir Roy yang agak tebal sudah melumat bibir mungil Dinda.
Kadang Roy menggigit-gigit kecil bibir bawah Dinda sehingga membuat Dinda terkikik-kikik. Tangan kiri Roy sudah masuk dari bawah t-shirt Dinda dan sibuk meremas-remas toked Dinda yang bulat kencang itu.
Tawa kecil Dinda berubah menjadi dengusan nafas yang memburu, ketika Roy mulai memilin-milin puting Dinda sambil menjilati lehernya.
“Woe, lo bedua bisa ga nahan sampe kos dulu?” Tanya Arif tanpa harapan.
“Udeh lo nyetir aja Pir. Jangan pikirin kita bedua. “ jawab Roy seenaknya.
“Iyaah nih Arif rese. Hhhhh.. uhhh” tambah Dinda disela-sela desahannya.
“Don, lo servis Arif napa..ehh..ahhh..” kata Dinda lagi.
Semburat merah muncul di wajah Donna. “Enak aja lo ngomong” jawab Donna agak tengsin. Tapi, Arif yakin, pas ngomong gitu si Donna ngelirik dirinya (tapi memang dasarnya nih orang super PD). Ketika Arif menoleh ke arah Donna,
Donna langsung berkata tegas “Ga usah mikir macem-macem lo ya!” “Eh nggak kok Don. Aku Cuma mikir gimana caranya biar cepet sampe dan cepet lepas dari kedua mahkluk konak di belakang” jawab Arif innocent.
“Iya nih. Dasar Dinda geblek” runtuk Donna sambil memanyunkan bibirnya.
Tapi situasi di jok belakang semakin tidak terkendali. Desahan Dinda sudah berubah mejadi lenguhan liar. Arif & Donna juga sudah mulai mendengar bunyi berkecipakan becek.
Slep.. slep.. slep… “Auuhhhh… huaahhhhh.. ahhhhh.. ahhhh…” lenguh Dinda yang keenakan mhemeknya dikocok oleh Roy.
Tangan Roy yang sudah menyelusup ke dalam celana Dinda, dengan aktif jari tengah & telunjuknya mengobel-ngobel mhemek Dinda yang rapat dan becek. Tendangan Dinda tiba-tiba menghentak jok Arif ketika orgasmenya meledak.
“EAAHHHHHHH… AGGHHHHHH…. AKU KELUARRRR…!!!” jerit Dinda penuh kepuasan. Cengiran lebar menghiasi wajah Roy.
“Bangsat lo bedua. Udah sampe neh. Sana keluar dari mobil aku. Sekaraangg..!!! Bentak Arif. Cepat-cepat Dinda & Roy merapikan pakaian masing-masing dan keluar dari mobil Arif.
Cengiran lebar keduanya mengiringi langkah mereka menuju kamar kos Dinda untuk menuntaskan apa yang mereka sudah mulai.
Selama 10 menit Arif dan Donna diam saja. Arif bingung mau mulai speak-speak dari mana, karena tingkah Roy-Dinda tadi merusak semua scenario yang sudah disusunnya.
Donna juga keliatan masih agak jengah. Jadi Arif menyalakan radio. Mendengar lagu-lagu yang keluar, si Donna jadi keliatan lebih relaks. Mereka mulai membicarakan lagu-lagu yang sedang dimainkan.
Tapi, ketika penyiar radionya mulai bicara, topiknya ternyata tentang seksologi; tepatnya tentang multi orgasme pada wanita, Arif jadi panik lagi.
Takut mood Donna jadi rusak. Arif sudah mau pindahkan gelombang, ketika tiba-tiba Donna berkata
“Emang ada ya cewe yang bisa orgasme sampe berkali-kali?” Arif yang masih agak kaget akan pertanyaan tersebut butuh 3 detik untuk bisa menjawab
“Seingat aku, sebagian besar cewek yang aku kenal kalo orgasme lebih dari 2 kali.
Termasuk multi kan tuh”.
“Maksud lo cewek yang pernah lo tiduri?” tukas Donna tangkas.
“He-eh, iya. Gitu deh” jawab Arif agak tersipu-sipu.
“Lah, emang kalo elo nge-sex sama cowo lo biasanya orgasme berapa kali” Tanya Arif polos.
Dengan agak malu-malu Donna menjawab “Satu kali lah. Biasanya hampir barengan ama cowo aku. “Lah emang pas foreplay ga orgasme?” Tanya Arif lagi.
“Foreplay kan cuma bentar, gimana bisa orgasme aku” tandas Donna heran. “Berarti bokin lo yang kurang sabar nggarap lo di foreplay-nya.
Pengen cepet-cepet nancepin batangnya” jawab Arif. “Lah, lo liat tadi, si Dinda dikobel-kobel sama si Roy hampir 10 menit kan. Makanya tadi bisa sampe keluar gitu.
Pake acara nendang jok aku segala pula” kata Arif masih agak seVan. “Bener juga ya. Aku ga pernah mikir sampe situ. Iihhhh.. jadi horny nih” batin Donna.
Mendengar jawaban dan melihat reaksi Donna, Arif langsung paham kalo nih cewek pengalaman seksnya masih kurang. Atau paling nggak partner sexnya selama ini pada kurang jago.
Jadinya dia belum mengeksplore seluruh potensi seksnya.”Hihihihi.. pasti bisa aku enthot si Donna” pikir Arif dengan bahagianya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments